Home / Pengetahuan Umum / Aturan Menggunakan Kata “Jangan” Dalam Mendidik

Aturan Menggunakan Kata “Jangan” Dalam Mendidik

Aturan Menggunakan Kata “Jangan” Dalam Mendidik

Bismillah..

Aturan Menggunakan kata “Jangan” dalam mendidik.

10-07-56-jangan-memarahi-anak-di-muka-umum.jpg.cf

Beberapa tahun lalu, dunia pendidikan dan parenting sempat ramai memperbincangkan konsep menghindari penggunaan kata “Jangan” dalam mendidik dan mengasuh anak. Hasilnya kontroversi. Beberapa kalangan sangat sepakat dan membenarkan konsep psikologi yang datang dari dunia barat ini, namun tak sedikit yang menentang dan membantah habis-habisan. Diantara yang menentang datang dari kalangan muslim dengan alasan ilmu ini bertentangan dengan Alqur’an.
Baik, mari kita telisik alasan pro dan kontranya.

Alasan yang Pro bahwa pendidik dan orang tua harus menghindari kata “Jangan” pada anak:
Pertama, kata” jangan” akan memberikan dampak psikis yang buruk pada anak di masa depan. Karena,
kata ‘ jangan’ dapat memotong kesenangan.
Contoh “nak, Jangan lari-lari!”, “nak, jangan main kotor-kotor”, kata-kata itu mungkin saja dapat menghentikan aktivitas anak, (yang mungkin lagi senang-senang) tetapi juga memiliki potensi menimbulkan efek rasa kesal, jengkel dan sebagainya.

Kata “jangan” dianggap dapat menghambat kreativitas anak. Kata “jangan” tidak mengandung solusi.
Konsep psikologi barat ini memberikan alternatif lain untuk mengubah kata larangan menjadi kata perintah yang merupakan solusi dari larangan tersebut. Misalnya, mengganti kalimat “nak jangan lari-lari”, dengan “ayo main disini saja”, atau “jangan buang sampah sembarangan” menjadi “ayo sampahnya dibuang di tempatnya ya”. Jadi konsepnya mengganti larangan menjadi perintah atau ajakan pada perbuatan yang kita inginkan.

Nah, sekarang kita telisik mengapa orang-orang menolak konsep ini?
Alasannya karena bertentangan dengan Al-qur’an. Di AlQur’an sendiri ada banyak kata yang menggunakan kata “jangan”. Contohnya saat Luqman berkata pada anaknya, “janganlah menyekutukan Allah..” (QS. Luqman: 13), serta laranganlarangan-larangan lainnya dalam Al-Qur’an yang menggunakan kata “jangan”. Sehingga menghapuskan kata “jangan” dalam mendidik sama sekali bertentangan dengan panduan ummat islam itu sendiri.

Faktanya….
Di sebuah sumber yang saya baca menyebutkan, dari 6.236 ayat dalam Al-qur’an ternyata kata ‘Jangan’ tersebar di 368 ayat. Itu berarti ada sekitar 5.868 ayat yang tidak menggunakan kata jangan. Artinya kata jangan bahkan tidak sampai 6% dalam ayat-ayat alquran. Dan ternyata Al-Qur’an juga banyak menggunakan kata-kata perintah yang diinginkan ketimbang kata jangan.

Dirikanlah shalat bukan JANGAN tinggalkan shalat
Tunaikalah zakatbukan JANGAN lupa berzakat
Rukuklah bersama orang-orang yang rukuk
Ingatlah..bukan JANGAN lupa
Sembahlah
Peliharalah
Sujudlah.
Penuhilah janji..bukan JANGAN ingkar janji
Berimanlah..
Makanlah makanan yang baik-baik
Peganglah teguhlah..
Dan seterusnya…

Dan jika kita buka kembali QS. Luqman, dan kita baca tidak hanyak di ayat ke 13 saja, tapi baca juga dari ayat 12 sampai 19. Ternyata… Luqman juga menggunakan kata perintah selain kata jangan. Gak percaya? Cuuss check it out!

Pengalaman pribadi
Saya pernah mengajar anak2 kelas 1-3 SD, dimana menanamkan nilai-nilai kebaikan (apalagi pada anak yang sudah ‘terkontaminasi’ lingkungan tak baik) menjadi suatu tantangan yang tak mudah. Dan saya mengevaluasi, memang benar kata perintah dan ajakan jauh lebih efektif ketimbang kata jangan. Misalnya “fauzan, bungkus permennya jangan dibuang sembarangan ya” lalu dia mengabaikan
Lantas ketika diganti, “Fauzan, bungkus permennya dimasukkan ke tempat sampah ya” apalagi jika saya bumbui dengan kata “Fauzan anak sholih”, tak perlu waktu lama si anak pun memungut kembali bungkus permennya.
saat saya mengajar anak remaja SMP kelas 7, 8, 9 saya pun mengevaluasi penggunaan kata jangan saya. Dimana ketika saya melarang dengan kata “jangan”, respon pertama yang sering saya terima adalah petanyaan, “kenapa? Sehingga butuh waktu dan energi kembali untuk menjelaskan mengapa saya melarang. Namun akan lebih efektif saat saya to the point mengucapkan apa yang saya inginkan dari mereka.

Adapun jika terpaksa menggunakan kata “jangan” untuk hal-hal yang cukup krusial. Maka usahakan disertai juga perintah di kalimat berikutnya.
Contoh “Jangan mencontek, kerjakanlah dengan jujur karna hasil kerja jujurmu jauh lebih membanggakan”

Kesimpulan
Mencari kata pengganti dari kata “jangan” cukup efektif dalam mendidik dan mengasuh anak. Terlebih jika disampaikan dengan baik dan lemah lembut. Namun, jika hal yang akan disampaikan merupakan sesuatu yang bersifat prinsip dan larangan yang mengkhawatirkan, berbahaya, dan bisa berakibat buruk jika dilanggar baik pada saat sekarang maupun di masa depan (terutama masalah aqidah), maka sebaiknya gunakan kata ‘jangan’ atau sejenisnya serta tambahkan pula alasan dan solusinya. Plus disampaikan dengan baik dan lemah lembut.

Sekian.
Wallahu a’lam bishshowab.
Septiani Darno Witaba

About Admin

Check Also

Sejarah Kopi

COFFEE AND HISTORY Sejarah kopi tentang dari mana dan siapa penemunya memang tidak diketahui pasti. ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *