Home / Bedah Film / BEDAH FILM: KING

BEDAH FILM: KING

KING

JUDUL: KING
PRODUKSI: ALENIA PICTURES
TAHUN TAYANG: 2009

 

Film ini bercerita tentang Guntur, anak desa yang bercita-cita menjadi juara bulu tangkis sejati. Guntur diperankan sebagai anak yang pendiam, kaku, berbakat main bulu tangkis tapi tertekan oleh didikan sang ayah. Tekanan dan rasa takut dengan hukuman sang ayah membuatnya menjadi anak yang pesimis. Beruntung Guntur memiliki seorang sahabat bernama Raden. Penasehat setia Guntur dalam bermain bulu tangkis meski ia tidak bisa main, penyemangat Guntur dalam setiap ketidakyakinan Guntur akan kemampuannya, pemberi solusi tapi tak jarang solusinya menjadikan Guntur dalam masalah.

Ayah Guntur berprofesi sebagai pengumpul bulu angsa untuk dijual ke pabrik pembuat kok. Ayah Guntur yang selalu menggunakan jaket warna merah putih bertuliskan INDONESIA adalah seorang pencinta bulu tangkis. Atlet idolanya adalah Liem Swie King. Saking ngefans nya, nama sang idola ia sematkan di depan nama anaknya: King Guntur. Ayahnya selalu menceritakan tentang King pada Guntur. Terlebih jika Guntur melakukan kesalahan, ayahnya akan membanding-bandingkan dirinya dengan sang idola. Obsesi ayahnya pada King tak jarang membuat ia merasa tertekan, dan tidak merasakan ayahnya mencintainya.

Di film ini diceritakan bahwa bulu tangkis menjadi satu-satunya hiburan warga di desa itu. Bermodalkan 1 TV kecil dan speaker masjid, orang-orang desa berkumpul untuk menyaksikan pertandingan bulu tangkis, dan Ayah Guntur menjadi komentator yang menambah keseruan mereka nonton pertandingan. Selain melihat pertandingan di TV beramai-ramai, pertandingan bulu tangkis di lapangan rumah Guntur juga sering mereka lakukan. Sorak sorai penonton, pukulan raket pada kok yang saling berbalas, teriakan pemenang pertandingan, tangisan anak putri karena kalah, yang tak kalah seru adalah komentator pertandingan yang mengomentari setiap pukulan raket dan balasan lawan pemain.

Suatu hari diumumkan akan ada pertandingan bulu tangkis antar anak tingkat kelurahan. Guntur ingin ikut karena diiming-imingi oleh Raden bahwa di dalam piala itu terdapat banyak uang. Awalnya Guntur membantah dan tidak percaya, tapi Raden selalu meyakinkan bahwa di dalam piala ada uang banyak yang bisa ia berikan untuk bapaknya dan membeli raket baru.

Guntur akhirnya luluh dan sepakat ikut bertanding. Masalahnya Guntur tidak punya raket yang bagus, ia hanya punya raket kayu yang bengkok. Raden yang menjadi penasehat setia memberi ide agar Guntur menantang Mas Raino jawara bulu tangkis di desanya. Jika Guntur menang maka Mas Raino harus memberikan Guntur raket miliknya. Berani ga berani Guntur pun menerima ide gila sahabatnya itu. Tak ada pilihan lain, dia harus bertanding demi raket yang bagus. Tapi jika kalah maka ia harus terima hukuman dari ayahnya ditambah semprotan kalimat amarah yang membuat ciut dan semakin tertekan.

Hari pertandingan tiba, seperti dugaannya ia akan kalah. Raket bagus untuk bertanding di kelurahan pupus didapat. Yang ada hanya hukuman scot jump dan makian sang ayah, juga kembali dibandingkan dengan King sang Idola. Guntur pun angkat bicara mengatakan alasannya berani menantang Mas Raino, demi raket bagus yang akan diberikan jika ia menang, raket yang akan digunakan untuk pertandingan di kelurahan.

Keesokan harinya, Guntur harus siap bertanding di kelurahan dengan raket bengkok. Ketika akan memulai pertandingan, Raden tiba dengan membawa raket bagus yang dipinjamkan oleh Mas Raino. Guntur dan Raden tidak tahu bahwa Raino meminjamkan raket adalah karena ayahnya Guntur meminta Raino meminjamkan raket dengan TV kecil yang ia punya sebagai jaminannya.

Guntur berhasil memenangkan tahap awal untuk lanjut ke tahap selanjutnya, tapi karena smash nya yang ugal-ugalan membuat tali raket putus. Guntur bingung bagaimana mengganti raket, juga mau pakai raket apalagi untuk pertandingan selanjutnya.

Ketika mereka sedang merundingkan raket yang rusak, lewatlah Bang Buyung menyapa mereka. Ide gila Raden muncul lagi. Setelah menanyakan jam berapa Bang Buyung akan pulang, Raden senyum bahagia karena mendapatkan solusi untuk sahabatnya. Idenya adalah mencuri tali gitar Bang Buyung untuk dipasangkan di raket Mas Raino yang rusak. Tali gitar berhasil dicuri, Bang Buyung yang pulang malam tidak mengetahui bahwa Guntur dan Raden penyebab ia tidak bisa bergitar malam seperti biasanya. Akan tetapi ternyata tali gitarnya tidak cukup untuk memperbaiki raket. Guntur kembali murung dan tidak tahu apa solusinya.

Di perjalanan mereka pulang sekolah, Guntur dan Raden berpapasan dengan penjual balon keliling. Mata mereka tertuju pada tali pengikat balon. Saling berpandangan yang berupa isyarat bahwa mereka satu ide saat ini. Guntur dan Raden mengikuti penjual balon yang akhirnya parkir di mushala untuk shalat berjama’ah. Mereka mencuri semua balon dagangan. Penjual balon kaget ketika selesai salam pertama melihat balon dagangannya diambil orang. Buru-buru ia keluar dan berteriak. Akhirnya semua jama’ah shalat mengejar Guntur dan Raden. Mereka tertangkap dan dihukum. Dan tentunya di rumah Guntur harus bersiap diri menerima amarah ayahnya.

Solusi perbaikan raket gagal total. Ide gila selanjutnya datang ketika mereka mengintip rumah Michelle dari pagar. Michelle adalah anak kota yang baru pindah ke desa. Dari balik pagar mereka menyaksikan Michelle memukul kasur dengan raket. Raden pulang mengambil pemukul kasur untuk membantu Michelle. Di tengah keseruan mereka membantu Michelle, Raden menyembunyikan raket milik Michelle untuk digunakan Guntur bertanding.

Singkatnya, Guntur akhirnya menerima raket itu dan bertanding. Guntur bersemangat untuk menang. Inginnya mendapatkan piala yang berisi uang banyak, juga keyakinan tidak akan dihukum lagi jika ia memenangkan pertandingan. Guntur menang. Kemenangannya diumumkan ke penjuru desa. Guntur dan Raden bersemangat lari ke bukit untuk membuka piala yang katanya berisi banyak uang. Tentu saja tidak ada uang di dalamnya. Guntur kecewa dan marah sekali pada Raden. Guntur pulang dengan amarah. Sampai di rumah ia dinasehati ayahnya. Tapi rasa kesalnya sudah tidak terbendung. Guntur mengutarakan semua kelelahannya akan hukuman yang selalu diberikan ayahnya.

Kekesalannya karena merasa sang ayah sama sekali tidak membantunya memiliki raket bagus, yang ada hanya memarahi dan menghukum. Guntur tidak bermain bulu tangkis lagi. Juga tidak bermain dengan Raden ataupun Michelle lagi. Dia sibuk dengan rasa kecewanya.

Diam-diam Raden dan Michelle mencari uang agar bisa mendaftarkan Guntur masuk club bulu tangkis. Karena waktu pendaftaran yang mepet, Raden mendaftarkan dirinya memakai nama Guntur. Raden mengikuti latihan di club itu. Selalu pulang petang yang membuat neneknya marah besar. Guntur yang jadi sasaran amukan sang nenek mencari Raden ke club yang dimaksud. Di sana Guntur mendapati Raden sedang berlatih. Raden menjelaskan semuanya dan akhirnya Guntur yang asli ikut berlatih.

Bakatnya membuat pelatih simpati padanya. Menyemangati Guntur untuk terus semangat berlatih dan bisa menjadi juara sejati. Guntur terpilih menjadi salah satu perwakilan club untuk ikut seleksi kejuaraan daerah ke Kudus. Dengan dukungan dari pelatih, Raden, ayahnya, serta pak Lurah, Guntur berangkat ke Kudus diantar oleh Bang Buyung. Guntur terpilih ikut seleksi tahap lanjutannya. Ia masuk karantina untuk persiapan kejuaraan.

Klimaksnya di bagian ini. Setelah melewati masa karantina dan bertanding, Guntur menunggu hasil seleksi. Hasil seleksi diberitahu lewat surat yang dikirim ke alamat peserta seleksi. Raden dan Michelle menyemangati Guntur bahwa dia akan lulus seleksi, dan surat pasti dikirim. Mereka bertiga membuat penunjuk arah menuju rumah Guntur, agar jika pak pos tiba mudah mencari rumahnya. Kotak pos dari kardus pun berdiri di depan rumah Guntur. Berhari-hari mereka menanti surat dari pak pos. Tapi yang ada hanya kertas bekas yang dimasukkan oleh orang iseng.
Guntur putus asa. Dia marah pada dua sahabatnya itu. Guntur meminta sahabatnya untuk tidak mengurus dirinya lagi. Merasa usaha mereka tidak dihargai, Michelle meninggalkan Guntur.
Raden mengikuti Guntur hingga ke rumah. Guntur merusak kotak pos yang tanpa mereka tau ada surat pengumuman hasil seleksi di dalamnya. Raden marah atas sikap Guntur yang terkesan manja dan tidak menghargai usaha orang lain.

Beberapa saat kemudian ayah Guntur pulang dan melihat kotak surat rusak. Di bawahnya ada surat yang ditujukan untuk Guntur. Ternyata Guntur lulus seleksi. Dia mencari Raden untuk memberitahu, tetapi Guntur tidak berhasil menemukannya. Guntur sedih. Semua warga Desa tahu kabar lulusnya Guntur. Mereka mempersiapkan keberangkatan Guntur ke Kudus. Kali ini Guntur ditemani ayahnya dan Bang Buyung menggunakan mobil pick up.

Menjelang keberangkatan, ternyata Michelle datang memberi selamat. Mereka berangkat. Di tengah perjalanan Guntur menoleh ke belakang, dia heran melihat piala kelurahan yang dibuangnya waktu itu ada di belakang. Ternyata Raden diam-diam menyelinap di belakang mobil dan ikut melihat Guntur bertanding. Akhirnya Guntur bertanding dan menang. Di akhir film dilihatkan dokumenter Liem Swie King bertanding dan menang.

Alur filmnya sederhana, dan mungkin membosankan bagi sebagian orang. Tapi yang berkesan di film ini adalah peran Raden yang selalu ada untuk Guntur. Raden selalu bisa membangunkan Guntur yang cepat sekali putus asa. Meski sikap Guntur menyebalkan, Raden tetap bersedia mendukung Guntur meraih cita-citanya. Sepertinya memang benar, dibalik orang-orang sukses itu, ada orang yang berpengaruh di belakangnya. Tidak mesti orang terkenal, tapi dengan ketulusannya Ia mampu mempengaruhi semangat untuk berjuang.

Hal lainnya yang menjadi perhatian saya dalam film ini adalah cara sang ayah menunjukkan rasa sayangnya pada Guntur. Bagi ayahnya, bersikap keras dalam mendidik anak adalah hal terbaik agar si anak menjadi tangguh dan tidak cengeng. Dan sebaliknya bersikap manis hanya akan membuat anak itu manja dan besar kepala. Teman sang ayah sering mengingatkan agar tidak terlalu keras mendidik sang anak, karena itu anaknya yang tentu butuh kasih sayang. Kerasnya sang ayah mendidiknya akhirnya menuai pemberontakan dari Guntur, hingga Guntur bersikap kaku, takut, dan tertekan. Menjelang akhir cerita, ayah Guntur mulai melunak.

Ayahnya menyayangi Guntur, memperhatikan dari jauh, diam-diam membantunya. Tapi ketika berhadapan dengan Guntur, kalimat yang keluar adalah kalimat keras yang menyudutkan, hukuman fisik pun berlaku. Hal ini tentunya membuat pesan cinta tidak sampai pada Guntur. Tidak sedikit orang tua terutama seorang Ayah berlaku seperti ayahnya Guntur. Membuat jarak dan hadirnya rasa takut. Secara kasat mata hasil yang terlihat dari didikan keras adalah sang anak menjadi anak yang kuat, ga cengeng, berjuang keras mencapai keinginannya. Tapi di dalam diri sang anak gersang. Perlu renungan untuk bisa merasakan sayangnya. Tak jarang juga anak menjadi murung, ketakutan akan kegagalan, juga bisa jadi tidak punya contoh bagaimana bersikap lembut untuk menunjukkan rasa sayang. Bukankah rasa sayang itu mestinya dirasakan oleh orang yang disayangi?

Minas, 10 Oktober 2018

-Ihsanul Hafizhah-

About Admin

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *