Home / Hikmah Kehidupan / Cahaya Purnama yang Redup selamanya

Cahaya Purnama yang Redup selamanya

Kuliah Whatsapp

ODOJ MITI (MJR-SJS) 1

Cahaya Purnama yang Redup selamanya

Kamis, 4 April 2019 – Alfiyah Nur Fitriani

Image Ibu Muslim
https://www.dream.co.id/

Assalamu’alaykum, mau kulsap yaaa, “Cahaya Purnama yang Redup Selamanya”

IBU.

Siapa sih yang tak tergetar hatinya, yang tak terkoyak pikirannya, dan yang tak mengalir kasihnya ketika mendengar 1 kata 3 huruf itu?

Diabetes memang sudah ada di tubuh beliau sejak tahun 2012, dan membuat pola makan dan kehidupan segalanya teratur dan tergantung oleh obat jika kadar gula darahnya fluktuatif.

Hingga akhirnya tiba di bulan April 2017 beliau harus umroh, meski dalam kondisi gula darah yang tinggi, beliau semangat berangkat. Hingga dalam sehari kami harus menelepon 3 kali sehari utk bertanya keadaan beliau.

Alhamdulillah ibadah umroh berjalan dengan lancar hingga tiba di perjalanan pulang, beliau tiba di Bandara Juanda Surabaya dengan selamat dan tak kurang apapun.

Qadarullah, ketika berjalan turun dari pesawat menuju tempat bus menjemput, ibu jatuh dan kakinya bengkak, apalagi setelah 8jam perjalanan Surabaya-Madiun, sehingga berjalan pun harus dituntun dan pelan pelan.

Seketika sampai rumah, banyak tetangga berdatangan, dan ibu pun orang yang tak mau meningygalkan tamunya untuk sekedar tiduran untuk mengurangi rasa lelah dan sakitnya.

Kondisi 3 hari setelah sampai rumah, beliau drop, bengkak di kaki bertambah besar, dan harus dilarikan ke rumah sakit. Langsung opname kata dokter karena gula darahnya tinggi.

Saya pun pulang dan meliburkan diri dari kuliah saya untuk melihat kondisi ibu, dan harus balik meninggalkan beliau meski masih di opname, tapi waktu itu alhamdulillah kondisinya sudah cukup membaik.

Setelah opname itu, ibu harus rutin disuntik insulin dan obat lainnya sehingga peralatan medis dirumah bisa dibilang cukup lengkap untuk diabetes ini.

Hingga sampai akhirnya di bulan Desember 2018 ibu harus diopname lagi dikarenakan kondisi yang sama, namun pada opname kali ini kami sekeluarga kaget dengan perkataan dokter yang menyebutkan bahwa ginjal ibu hanya berfungsi 20% dilihat dari cek kadar kreatinin ibu yang cukup tinggi dan diharuskan untuk cuci darah sewaktu opname dan seterusnya.

Waktu ibu opname, saya tidak dikabari karena keluarga tidak ingin mengganggu persiapan seminar 2 dan sidang Tesis saya, dan baru tahu ketika beres sidang, keluarga nelepon kasih ucapan selamat dan setelah itu memberi kabar bahwa desember ibu opname dan divonis dokter diabetesnya diabetes kering dan sudah menyerang ke ginjal, sehingga harus cuci darah.

Kaget, nggak percaya, nangis! Campur jadi 1. Diminta pulang tapi masih harus bimbingan revisi. Benar benar pikiran yang bercampur jadi 1.

Merasa jadi anak yang tidak berbakti, sibuk dikampus dan pulang pun 1 semester sekali, ketika selesai kuliah dikabari ibu sakit. Ya Allah..

Setiap pekan ibu cuci darah 2 kali, dan 25 Februari 2018 menyempatkan pulang untuk menemani beliau cuci darah.

Hal yang aneh terjadi disini, ini kali pertama dan terakhir ibu sewaktu cuci darah, pulangnya tidak muntah di mobil. Kalau kata kakak kakak, ibu kangen tuuu sama saya.

Ibu memang orangnya tegar dan tegas sejak ngerawat kami, hingga sakit pun untuk cuci darah ibu tak pernah mengeluh, dan dengan polosnya “Ibu cuci darah sampe kapan?”, Mungkin karena ketidaktahuan beliau tentang penyakit ini.

Dan akhir maret kondisi ibu kembali ngedrop, muntah dan nggak bisa makan apa apa. Akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk diopname.

Pikiran saya sudah kemana mana sejak Januari hingga Maret karena ibu sakit, nggak sesedih ini sebelumnya, tapi kali ini sakit ibu serius.

Bimbingan, Revisi, sudah nggak ada lagi di dalam otak saya. Padahal revisi seharusnya maksimal dikumpulkan 12 Februari 2018 tepat 1 bulan setelah sidang.

Saya pun menghilang, dan baru muncul lagi di kampus awal maret. Dimarahi dosbing? PASTI. “Anda kemana aja?, anda harusnya sudah beres revisi lo ini, dan harusnya sudah lewat. Anda bisa saja tidak lulus sidang dan ambil SKS lagi semester depan karena sudah lewat batas pengumpulan revisi”. Gemetar dan ketakutan plus pengin nangis jadi satu. Hanya bisa tertunduk dan menjelaskan apa yang terjadi, dan beliaupun alhamdulillah paham, lanjut kita bimbingan dan saya ngebut revisi.

Kebut kebutan, bangeeet. Dan Alhamdulillah Allah mudahkan dan lancarkan, revisi selesai di tanggal 20 maret, namun dosbing sedang susah dikontak, sangat susaaah, di whatsapp sms telepon, nanya petugas lab, sampai ditungguin di ruangan beliau, hasilnya NIHIL. sepertinya sedang keluar kota atau banyak kerjaan.

Memberanikan diri pesan tiket pulang ke Madiun tanggal 22 Maret sore untuk menjenguk kondisi ibu yang diopname yang kata kakak masih drop.

Dalam hati, “bodo amat” untuk revisi dan tesis, nggak lulus juga nggapapa, dalam hati rasa ingin pulang semakin menghujam.

Alhamdulillah Allah mudahkan segala proses administrasi, pembayaran wisuda. Hanya 1, dosbing belum ketemu untuk minta tanda tangan dan cek final draft Tesis. Tanggal 21 alhamdulillah beliau berhasil ditemui di kantornya, dan kami bimbingan akhir, setelah itu revisi dan cetak Tesis Akhir.

Tiba tanggal 22 Maret dan beliau kembali tidak bisa dikontak, nungguin di depan ruangan beliau tapi beliau tak kunjung hadir. Setelah ashar kembali kesana dan alhamdulillah dosbing adaaa, tp sedang rapat. Jadi nungguin, dan waktu sudah 16.00 dan jadwal kereta 16.50, belum pulang, packing dkk. Akhirnya memberanikan mengetuk pintu dan bilang tesisnya sudah jadi. Lalu beliau bilang “Ya, tesisnga kumpulin di TU yaa, nanti saya ttd nya nyusul”. Mendengar perkataan itu, entah saya yang lebay atau gimana saya langsung berkaca kaca dan netes air mata trs langsung nunduk. Plus saya bilang ke beliau utk pamit pulang karena ibu di opname, dan beliau langsung mengelus elus saya dan bilang semoga ibu cepat sembuh. Tambah banjir air mata saya, jadi keluar ruangan beliau saya dalam kondisi nangis dan ngelap air mata di lift haha. Untung nggak ada orang.

Jam 16.25 langsung ke Masjid Salman, ke kos naik gojek packing trus berangkat pake gojek juga. Bilang ke bapak gojek, pak ngebut ya, cari jalur yang sepi. Saat itu kondisinya jam 16.35 dan Jum’at Sore, yang mana Bandung biasanya macet bangeeet.

Alhamdulillah Allah sangat mudahkan, cepat sekali bapaknya nyetir dan sampai di Stasiun Bandung pukul 16.43, langsung masuk dan naik kereta. 5 menit setelah naik, kereta jalan. Bismillah, ibuuu kita akan ketemu.

23 Maret 2018 pukul 03.50 WIB kereta sampai dan langsung pesan gojek ke Rumah Sakit tempat ibu opname dan Ahamdulillah kami berjumpa.

Ibu tergeletak lemas, dan ketika saya datang beliau bilang “ini siapa?”, karena lampu kamar dimatikan waktu itu. Dan setelah itu saya jawab “ini alfi buu” salim dan cium beliau.

Ibu opname dari tanggal 21-30 Maret 2018, sewaktu pulang hari Jum’at masih lemas karena kaliumnya masih rendah meski habis cuci darah hari rabunya. Entah waktu beliau tidur, alfi curi curi cium kedua kaki beliau yang sudah menghitam karena bekas bengkak. Tiba tiba air mata keluar tak terbendung. Hal yang belum pernah saya lakukan selama hidup.

Tanggal 31 Maretnya alfi kembali ke Bandung meski nggak diizinkan oleh ibu. Tapi harus ke Bandung karena harus ke TU Prodi, ambil Toga ke Annex dan persiapan Wisuda, meskipun sewaktu di rumah sakit, keluarga bilang “Nggak ada yang bisa hadir wisuda, karena kondisi ibu masih belum bisa ditinggal”. Yaa saya jawab nggapapa.

Tanggal 4 april, jadwal saya untuk ambil Toga, alhamdulillah Allah lancarkan. Persiapan wisuda juga in syaa Allah lancar, in syaa Allah dosbing 2 saya yang di LAPAN akan hadir mewakili keluarga.

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Pukul 22.40 WIB hp berbunyi, kakak nelepon tak biasanya nelepon apalagi malam, udah firasat Ya Allah ada apa dengan ibu, lalu saya angkat teleponnya, dan benar. Ibu sudah tidak ada.

Usai cuci darah malam itu, kondisi ibu normal, tensi dan kreatinin normal, namun kok lemes, dan akhirnya oleh keluarga diantar ke IGD karena semakin susah merespon. Alhamdulillah Allah cabut nyawa beliau dengan mudah, ibu tidak merintih kesakitan, hanya agak sesak sehingga harus dipasang oksigen di mulut beliau.

Tanpa pikir panjang langsung pesan tiket kereta utk besok paginya ke Madiun. Dan tersisa 1 tiket kesana, alhamdulillah rezeki.

– Ibu dimakamkan jam 09.00 WIB dan alfi masih di kereta –

Masih sempat kulsap di group MJR 1 waktu itu dengan topik Kereta Barang, hasil baca dari bacaan di kereta karena otak udah nggabisa dipake mikir. Masih sempat menyusun Modul Pembinaan Kelompok Keluarga untuk para alumni LMD di Masjid Salman ITB juga.

BYE WISUDA!

Yaap betuul, nggak ada kata wisuda, udah nggak kepikiran hhe. Kamis pagi sejak habis shubuh kosan rame oleh temen temen KAMIL yang takziyah dan menguatkan saya.

Begitulah kisah saya di tahun lalu, tepat 1 tahun dari hari ini.. semoga ada ibrahnya

– Hanya ada 1 ayat yang menguatkan perjalanan Tesis saya yaitu Q.S Muhammad: 7 –

– Juga hikmah, yaitu “Ketika Allah mengambil 1 anggota keluarga kita, yakinlah Allah akan membuat lebih dekat lagi dan lagi kita dengan anggota keluarga lainnya karena merasa lebih membutuhkan, seperti kata Film, Harta yang paling berharga adalah KELUARGA” –

Haha panjang yaaa, jadi curhat

Cukup sekian dan terimakasih, semoga bermanfaat ehehe. Dadah Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh..

About Admin

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *