Home / Hikmah Kehidupan / Inspirasi Dari Seorang Atheis

Inspirasi Dari Seorang Atheis

Bismillaah,

Inspirasi dari Seorang Atheis

images (10)

Josep Ernest Renan namanya. Ia adalah seorang sastrawan, filolog, filsuf, dan sejarawan Prancis. Renan yang terlahir di Prancis, 28 Februari 1833 dan meninggal di Paris pada tanggal 2 Oktober 1892 dalam usia 69 tahun ini dikenal sebagai ilmuwan yang sangat mengagumi ilmu pengetahuan. Ia dianggap sebagai seorang cendekiawan yang sudah menjadi acuan, dengan tulisan terkenal seperti Prière air I’Acropole (Do’a di Akropolis, 1865) dan Qu’est-ce qu’une nation?(Apa itu Bangsa?, 1882), dimana dia merumuskan paham bahwa suatu bangsa bukan hanya berdasarkan pada masa lampau bersama yang nyata, tetapi juga pada kemauan hidup bersama. Presiden pertama Indonesia, Soekarno, sering mengacu pada gagasan Renan ini untuk menjelaskan pahamnya tentang bangsa Indonesia.

Ia juga memiliki banyak karya, baik dalam bidang politik, falsafah, sejarah dan agama, linguistic, dan arkeologi. Di antara karya tersebut adalah : Question Contemporaines (1868), Averroës et L’Averroïsme (1852), Dialogues et Fragments Philosophiques (1876), dan banyak lagi.
(lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Renan).

Lantas apa yang menarik dari kehidupan Renan?

Yang menarik dari kehidupan Renan adalah pengakuan dirinya tentang Al-Qur’an. Pengakuan ini menunjukan kemukjizatan Al-Qur’an yang merupakan sumber inspirasi dan ilmu pengetahuan. Ini mengingatkan kita tentang nasihat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu. Katanya, “Siapa saja yang menginginkan ilmu, hendaklah ia mengkaji dan menadabburi Al-Qur’an, karena ia berisi ilmu orang terdahulu dan ilmu orang terkemudian.”

Josep Ernest Renan, filosof atheis asal Prancis ini, sebagaimana dinukil oleh Syaikh Isham bin Shalih Al-Uwayyad semoga Allah menjaganya, dalam buku Fann At-Tadabbur (hal. 11), mengatakan, “Perpustakaanku berisi ribuan buku politik, buku sosial, buku sastra, dan lainnya. Ada banyak buku lain yang belum aku baca lebih dari sekali. Bahkan, mayoritas buku yang ada hanya sebagai ‘penghias’ semata.

Tapi…, ada satu kitab yang menarik dan selalu ku baca, yaitu Al Qur’an, kitab suci kaum muslimin. Ketika aku merasa letih (penat), padahal aku ingin dibukakan pintu-pintu makna dan kesempurnaan pemahaman, aku kaji isi Al-Qur’an. Aku tidak merasakan lelah atau bosan dan mengkajinya.

Jika ada seseorang yang meyakini sebuah kitab (murni) yang turun dari langit, maka kitab itu adalah Al-Qur’an, bukan yang lain. Karena kitab kitab lain tidak memiliki keistimewaan sebagaimana Al-Qur’an.”
(Fann At-Tadabbur fî Al-Qur’an Al-Karim, Isham bin Shalih Al-Uwayyad, hal. 11)

Jika seorang sastrawan, filolog, filsuf, dan sejarawan yang atheis sudah bisa menikmati dan tidak pernah bosan dalam membaca dan mengkaji Al-Qur’an demi mendapatkan inspirasi, bukan untuk mendapat hidayah, bagaimana dengan kita? Bukankah kita lebih pantas untuk tidak pernah bosan dalam mentadabburi dan mengkaji isi Al-Qur’an demi mendapatkan hidayah, nasihat, dan peringatan?

Sumber: Buku Tadabbur Kisah Qur’ani, hal. 30

Suci Ridhona

About Admin

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *