Home / Diskusi Pakar / Marmut Merah Jambu #2

Marmut Merah Jambu #2

via http://aritunsa.com (edited)
via http://aritunsa.com (edited)

Ada 2 orang dari daerah yang berjauhan, sebut saja mawar dan mawaroh.

Mawar dan Mawaroh adalah siswa pilihan yang diberangkatkan oleh pemerintah Indonesia ke negara Jepang. Sistem pemilihan universitas pada saat itu ada dua, yaitu test pertama di Jakarta. Jika lulus test di Jakarta, maka sudah pasti akan diterima di Universitas di Jepang (ditentukan oleh pemerintah Jepang). Jika tidak lulus, maka di Jepang harus ikut test masuk universitas lagi bersaingan dengan orang Jepang dan orang asing lainnya.

Mawar dan Mawaroh ternyata punya jalan hidup yang berbeda. Sang Mawar lulus test di Jakarta, sedangkan Mawaroh tidak lulus test, sehingga harus lebih gambbate lagi agar bisa masuk ke universitas di Jepang

Nah, pada masa persiapan di Jakarta, Mawar dan Mawaroh dipisahkan oleh tempat kursus bahasa Jepangnya. Mawar di satu tempat yang dikelola oleh swasta, dan Mawaroh karena perlu persiapan lebih ditempatkan di tempat kursus yang disediakan khusus oleh pemerintah Jepang

Setelah 6 bulan masa persiapan, keduanya diberangkatkan. Di Jepang, keduanya tetap dipisahkan tempat kursusnya. Mawaroh mendapatkan pelatihan yang lebih intensif karena kalau tidak diterima di Universitas di Jepang, tahun itu pula akan dipulangkan ke Indonesia.

#Jreenngggg….

Tibalah saat pengumuman penentuan Univeritas oleh Pemerintah Jepang buat peserta yang telah lulus di Jakarta. Di satu sisi Alhamdulillah Mawaroh telah mendapatkan Universitas pula. Termasuk Universitas yang terkenal pula, tempat calon Astronot Indonesia pernah kuliah pada masa mudanya dulu.

FYI, berdasarkan pengalaman senior-senior terdahulu, universitas yang ditentukan oleh pemerintah Jepang biasanya universitas yang agak terpelosok di daerah. Hampir jarang mendapat universitas di sekitar Tokyo. Namun pada tahun itu, ternyata gak beda.

Ini lah kisahnya, sang Mawar mendapatkan kampus yang sama dengan Mawaroh. Bagaimana dengan Fakultasnya? ternyata Fakultasnya sama pula. Jurusannya? ternyata sama pula. Jadilah mereka satu kampus, satu fakultas dan satu jurusan. Yang membedakan mereka hanya tempat tinggal, ya eyaalah..Berjalanlah waktu antara Mawar dan Mawaroh dalam kehidupan kampus masing-masing. Setelah 2 tahun waktu berjalan, tetiba pada malam hari, sang Mawar menelpon seseorang. Ternyata dia gelisah..

Dia ungkapkan seluruh perasaannya pada malam itu ke seseorang tersebut. Lalu diberikan solusi oleh seseorang tersebut, ya sudah. Saya tanyakan kesediaannya. Kegelisahannya adalah, dia merasa tidak nyaman dengan suasasana seperti itu, di Kampus bersama, di Jurusan juga sama, selain itu hanya orang Jepang saja.

Via seseorang itu, dia ingin dilakukan ta’aruf. Ternyata sang Mawaroh kaget. Mawaroh pada saat itu tidak begitu siap, karena dalam pikiran dia saat itu adalah bagaimana menyelesaikan sekolahnya dengan tepat dan kembali pulang ke Indonesia. Namun setelah didiskusikan dengan seseorang itu dan seseorang yang lain, akhirnya dia setuju untuk dinikahkan. Akhirnya tak lama kemudian keduanya menikah di Jepang.

Pernikahannya cukup unik, karena ijab kabul dilakukan jarak jauh. Mawar dan Mawaroh tidak pulang ke Indonesia, karena saat itu sedang musim UAS. Setelah diskusi mengenai hukum menikah cara ghoib seperti itu, akhirnya menemukan dalilnya.

Ijab kabul dilakukan via telpon. Sang Mawar berada di salah satu Apartemen di Jepang sedangkan wali Mawaroh berada nun jauh di sana di Indonesia. Setelah itu diadakan walimahan kecil-kecilan di apartemen itu, dan syahlah mereka sebagai suami istri… dan saat ini masih menjadi ujung tombak dakwah di Jepang. Karena mereka sudah memutuskan akan tinggal di Jepang.

Berapa lama prosesnya? kurang lebih 2 pekan. Cukup lama untuk kategori saat itu, karena komunikasi dilakukan via telpon dan juga mencari rujukan fiqih di ustadz-ustadz Jakarta. Selain itu juga waktu untuk lamaran dari keluarga Mawar dan Mawaroh yang jaraknya lumayan juga untuk saat itu. Untungnya keluarga Mawar adalah keluarga santri, pengelola pesantren tradisional, jadi memahami Fiqh pula plus mendapat referensi dari ustadz-ustadz di Ina lainnya.

Case Closed

Kesimpulannya, kalau mau menikah, pergi jauh dari orang tua, liat-liat teman satu kampus. hahahaha
#eh ( #eh )
#kesimpulan yang aneh…

Jodoh itu dekat, yang bikin jauh kita sendiri.

RI:
yang bikin jauh kita sendiri maksudnya bagaimana sensei?

ES:
Coba renungkan lagi apa yang saya tulis sejak tadi pagi. Insya Allah akan dapat Clue nya –>
Selain itu ada lagi yang lebih prinsipil –> Syarat-syarat

coba renungkan saja di keheningan malam, hehehe
Dari beberapa kisah di atas banyak sekali point penting..

PRW:
Sensei, itu bener boleh akad via telpon? via skype berarti lebih boleh lagi dong? Rujukannya apa sensei?

ES:
Iya boleh..
Saya akan cerita satu-satu insya Allah, semoga bisa menginspirasi bahwa menikah itu gak rumit. Jadi jangan dibikin sulit. Itu saja sih..

Karena pada dasarnya, yang lebih utama adalah bagaimana mengisi pernikahan itu sendiri. Gak akan ada yang namanya kondisi ideal di dunia ini. Yang diperlukan oleh kita adalah kompromi dengan kondisi itu.

Permsalahan itu punya dua cara penyelesaian. Cara aritmatika dan cara algoritma. Cara aritmatika adalah cara yang saklek, karena seperti sifat aritmatika yang serba pasti, seperti 1+1 =2

Sedangkan permasalahan dalam kehidupan adalah permasalahan yang kompleks, untuk menyelesaikannya adalah dengan cara algoritma. Tidak ada satu jawaban yang pasti, karena yang dicari adalah probabilitas atau kemungkinan.

Tujuan utamanya adalah mencari cara yang paling optimal utnuk kondisi tertentu.

Tidak ada 1 jawaban betul di sana. Yang ada kemungkinan penyelesaian yang paling optimal. Nah ketika sudah membuat keputusan itu akan diperlukan lagi algoritma-algoritma lain untuk permasalahan-permasalahan yang muncul. Dan itu berlaku universal, di siapapun. kapanpun dimanapun dan sampai kapanpun.

DPT:
Hasil menyimak novel Prof. Hamka pagi ini. Tenggelamnya Kapal van der Wijck. “Tiba-tiba datang orang lain yang tidak banyak perhitungan…”. Hayo lho…

ES:
Untuk menikahkan yang via telpon itu begini, jadi sebetulnya sang bapak dari Mawaroh menyerahkan putrinya kepada penghulu atau wali nikah. Nama bahasa arabnya, kalau gak salah Taukil.

Nah penyerahannya itu yang via telpon, sedangkan ijab kabulnya sendiri secara langsung dengan disaksikan 2 orang saksi di tempat itu juga.
Ijab kabulnya antara wali nikah (penghulu) dengan Mawar. Jadi bukan ijab kabul via telpon.

Bukannya di Ina juga sering begitu, jadi sang orang tua menyerahkan ke penghulu untuk menikahkan anaknya. Biasanya kalau sang bapak gak sanggup or grogi. Jadi yang bersalaman adalah penghulu dengan CPP

AFB:
Iyah, Jadi bukan ijab qabulnya yang jarak jauh. Tapi orang tua memandatkat hak walinya ke orang yang dipercayai untuk menikahkan anaknya. Orang yang mendapatkan hal mewakili sebagai wali akhirnya bomeh mengijabqabulkan mempelai yang bersangkutan.

Ada kisah lain juga sebenarnya dari temen saya. Satu kerja di perusahaan minyak, yang putri MT di PKPU padang. Belum pernah ketemu, hanya kenal via yahoo messenger. Yang ikhwan ngajakin taaruf, pertemuan pertama di jogja. Pertemuan pertama langsung taaruf.

Pertemuan kedua langsung ketemu bapaknya. Bapaknya langsung setuju. Ikhwannya anak UGM tugas di perusahaan oil service, yang akhwat UI, rumah di jawa, MT di Padang. Kesimpulannya, kalau mau dapet jodoh pilih yang sedang jauh dari rumah/orang tua. Karena kemungkinan diterimanya akan besar. Sesuai dengan hukum supply and demand. Kalau sedang di luar rumah, supply yang datang sedikit, sedangkan demand-nya tinggi.

Maka siapapun yang datang keberterimaannya akan tinggi. Apalagi sudah jauh dari lingkungan kampus. Stok ikhwannya sedikit, maka pilihannya pun akan sedikit.

Adz11:
Usaha dalam menggapai pernikahan itu juga akan terlihat log setelah menikah. Ini semoga ga jadi kaburo maktan buat saya.

Ini kisah didepan saya sendiri, teman saya menikah juga awalnya terkendala karena adat. Ikhwannya orang padang & akhwatnya orang sunda. Orang tua sang ikhwan tidak setuju dengan pernikahannya, dan menjelang akad alhamduliLlah setuju. Tapi ga hadir di acara akad dan walimahan

Setelah pernikahan, pasangan ini di uji dengan kelahiran anak pertamanya dalam usia 8 bulan kehamilan dan pencernaannya ga sempurna. Ga lama bayinya meninggal.

Tetapi ada hikmahnya, disaat masa-masa sulit itu sang akhwat jadi dekat dengan orang tua sang ikhwan. Dan sekarang mereka alhamduliLlah dikaruniai anak ke 2. Masa pernikahan juga dipengaruhi ridho orang tua.

Ti:
Jadi ceritanya 2 insan yang saling berjauhan. Yang satu di Bandung (Miss X) dan yang satu di Semarang (Mr Y). Tapi masih sering bertmu dlm aktivitas organisasi Pelajar Islam Indonesia. Eh ternyata berjodoh. Ketika itu si Miss X masih tingkat 3 di Unpad dan tingkat 4 di Univ.Islam Bandung. Saat itu miss X mendapat tugas ke Salatiga untuk mnjadi instruktur training PII se-Jawa Tengah.

Awalnya mau berangkat dengan temannya. tetapi temannya urung datang. Justru yang datang Mr Y dan kakaknya Melihat miss Y yang akan berangkat sendirian, kakk mr Y berinisiatif ” sudah, dihalalkan saja, kamu nikahi si X dan antar ke Salatiga, kasihan kalau harus jalan jauh sendirian”

Nah, si Mr Y mikir keras niii dan minta waktu untuk shalat malam dulu. Dan masing-masing shalat malam di tempat masing-masing. (ya iyalah, masa berdua shalatnya).

Sebenernya Miss X bimbang menikah seblum umur 25 th krn di luar rencana hidupnya. Yaaah, akhirnya manut juga kalau bapaknya oke. si X juga ok. Dan finaly jreng jreng bersedia menikah. Keesokan harinya kumpulah 20-30 orang yang sebagian besar adalah pengurus PPI dan tetangga unk mnyaksikan akad nikah si X dan Y. Usai akad nikah langsung berangkat ke salatiga. Dan sampai sekarng mereka tdk pernh menyelenggarakan walimatil ‘ursy.

ES:
Wah itu kisahnya Mas Tamim
Sekarang anaknya ada 10, hafidz semua

About Admin

Admin komunitas MJRS-SJS. Sebuah komunitas yang berupaya membiasakan diri dengan one day one juz + dzikir + Qiyamullail. Selain itu, ada program-program menarik dalam komunitas ini seperti kulsap (kuliah whatsapp), Bedah Buku, Bedah Film dan Kajian Telegram.

Check Also

https://ddsumsel.org

Pengalaman dan Perjalanan 21 Hari Misi Kemanusiaan di Suriah #2

With Theme : Pengalaman dan Perjalanan 21 Hari Misi Kemanusiaan di Suriah (bagian 2) Facilitator ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *