Home / Hikmah Kehidupan / Mengapa Kita harus Membandingkan?

Mengapa Kita harus Membandingkan?

balance-scale
balance-scale via http://2.bp.blogspot.com

Mungkin kita entah sadar, atau seringnya tidak sadar acap kali membuat komparasi-komparasi dalam kehidupan kita. Saya rasa dalam membandingkan sebuah ‘benda mati’ hal ini tak akan jadi soal. Dalam membeli barang misal. Kita akan membandingkan produk serupa untuk mendapat yang paling pas. Pas dengan kebutuhan, selera dan kantong tentunya. Pun dalam dunia riset. Kita akan sering membandingkan sebuah metode satu dengan yang lain, membandingkan antara hasil eksperimen dengan kajian teoritiknya, membandingkan satu hukum dengan hukum atau postulat lainnya untuk mendapat hasil terbaik (*kalo milih pasangan gini juga ga ya? ). Namun ketika datang pada soal membandingkan manusia, sepertinya kita harus menilik lagi. Perlukah?

Sudah jadi rahasia umum dan memang sudah fitrah-nya manusia itu ada sisi gelap dan terangnya. Ada kelebihan, juga ada kekurangannya. Pertanyaannya, bagaimana kita menyikapinya? Apakah dengan membanding-bandingkan yang akhirnya kita hanya selalu terfokus pada kekurangan satu orang dan kelebihan pada manusia yang lain? Ketika kita hanya fokus pada kekurangan yang nampak oleh kita, kebaikan kecil padanya pun sulit akan kita lihat dan syukuri. Sementara ketika kita hanya melihat kebaikan pada diri manusia satunya, takutnya suatu saat ketika kita menyaksikan celanya kekecewaan yang kita rasa akan membutakan kita akan kebaikannya yang telah kita puji-puji selama ini. Parahnya, fenomena membanding-bandingkan kalau di dunia para wanita berujung pada ghibah.

Pernahkah kita memposisikan diri kita pada posisi yang dibanding-bandingkan? Yang dicela kekurangannya tanpa melihat setitikpun kebaikan pada diri kita? Tentu menyakitkan. Toh kita tidak 24 jam bersama mereka, bagaimana bisa kita menghakimi mereka sebagai orang yang buruk hanya karena setitik nila?

Lalu bagaimana akhlak kita seharusnya sebagai seorang muslim? Dari berbagai dinamika hubungan saya dengan manusia yang menjadi teman saya, saya belajar  bahwa kekurangan2 orang di sekitar kita tak selamanya harus dicela, tak selamanya harus dibandingkan, tak selamanya harus membuat kita buta akan kebaikan pada diri mereka.

Alangkah indah ketika kita bisa menerima kenyataan bahwa tak semua orang akan sesuai ekspektasi kita. Ini akan membuat kita mensyukurinya, mensyukuri kehadirannya dalam kehidupan kita. Alangkah bijak ketika kita tak berkenan terhadap satu kekurangannya kita menasehatinya secara langsung tanpa harus mengumbar dan membandingkannya dengan manusia lain. Alangkah nyamannya ketika kita paham bahwa sejatinya dalam hubungan antar manusia, Allah menjadikan masing-masing pribadinya menjadi pelengkap bagi yang lainnya.

Dulu saya pernah tidak pernah puas dengan beberapa orang yang bekerjasama dengan saya. Saat itu anggap saja saya masih ababil (emangnya sekarang enggak?). Hingga akhirnya saya menyadari, mereka punya kelebihan yang tidak saya punya, dan saya pun mempunyai kelebihan yang tidak mereka punya. Mereka punya kekurangan yang tidak saya punya, dan saya pun tidak mempunyai kekurangan yang mereka punya. Tentunya ini dalam konteks kerjasama waktu itu ya.. kalau lebih dari itu si saya ga tau hahaha…

Sejak saya menyadari hal ini, saya mulai sadar, ketika kita hanya berfokus pada cela orang maka selamanya kita tak akan puas dan mensyukuri kebaikan yang ada pada diri mereka. Dan saya menginsyafi, mungkin salah satu hikmah Allah menghadirkan mereka menjadi tim saya adalah untuk menambal kekurangan2 yang ada pada diri saya. Tugas kita hanyalah, bagaimana kita saling menutup kekurangan kita dengan kelebihan yang lain, dan menutup kekurangan yang lain dengan kelebihan yang ada pada kita.

Ini sesungguhnya pengingat bagi diri saya sendiri yang masih sering alpa. Semoga kita terhindar dari sifat saling menyakiti, semoga kita dapat lebih bijak dalam berhubungan dengan makhluk bernama manusia, semoga kita pandai mensyukuri kehadiran setiap orang yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita, sepaket dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Jika pun kita terluka karena kekurangan orang lain, maka cukuplah sabar akan menjadi bekal kita. Jika pun kita takjub akan kelebihan orang lain, kiranya syukur bisa membuat kehidupan menjadi lebih indah tanpa harus lupa bahwa yang membuat kita takjub juga manusia biasa yang saat ini Allah hijab keburukannya dari kita.

Yogyakarta, 8 Maret 2015
Devy, IM5

About Admin

Admin komunitas MJRS-SJS. Sebuah komunitas yang berupaya membiasakan diri dengan one day one juz + dzikir + Qiyamullail. Selain itu, ada program-program menarik dalam komunitas ini seperti kulsap (kuliah whatsapp), Bedah Buku, Bedah Film dan Kajian Telegram.

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *