Home / Hikmah Kehidupan / PR Kita Banyak Bung !!

PR Kita Banyak Bung !!

yakucintaindonesia.blogspot.com
yakucintaindonesia.blogspot.com

Sebuah Cerita

Pada tahun 1965, beberapa tahun sebelum lengser, presiden saya saat itu menugaskan kepada beberapa dosen di sebuah kampus negeri ternama untuk membuat baju dari batu. Dan akhirnya berhasil. Kalsium karbida dari batu gamping direaksikan dengan air menjadi asetilen dan dipolimerisasi, jadilah dia serat yang dapat ditenun. Karya besar yang diiringi semangat yang besar saat itu.Tapi 4 dekade kemudian, runtuh, meluruh. Bangsa yang sedang saya diami ini kehilangan semangat kemandiriannya. Hanyut dalam semangat konsumeris, menjadi pasar bagi semua bangsa. Negara tempat membuang barang bekas dan sampah yang masih juga komersil.

Tragis. Salah siapa ? Karena siapa ? Bagaimana rasanya ? Gemes ? Greget ? Bisa ngapain ? Lain dengan cerita lama itu, ada satu cerita sangat bisa diambil ibrahnya. Banyak sekali ibrah yang bisa dipetik. Saya sajikan berikut ini.

Tahun 1994, seorang Doktor terbaik di negeri ini diberi tantangan oleh Pupuk Iskandar Muda (PIM) untuk bisa mengembangkan adsorben H2S yang saat itu harus diimpor dari Amerika Serikat dalam jumlah yang besar. Tantangan diterima. Mulai 1995 beliau dan tim melakukan penelitian. Tahun 1999 formula adsorben itu ditemukan dengan kapasitas dua kali lebih besar dari adsorben yang diimpor. Tapi hingga 2007 hasil penelitian membanggakan ini hanya teronggok sebagai laporan, beberapa publikasi, dan sebuah dokumen paten yang masih diverifikasi.

Tahun 2007 itu pula ada generasi baru yang memegang teguh cita-cita lama, pabrik adsorben itu diinginkan untuk didirikan. Dengan semangad membaja akhirnya selesailah. Tahun 2010 pabrik adsorben berhasil dibangun. Namun saat itu PIM sudah mendapat gas bersih, sudah tidak perlu lagi menyerap H2Snya. Maka produk itu harus dipasarkan ke tempat lain. Namun, kepercayaan kepada produk dalam negeri sangat rendah.

Secara cuma-cuma sejumlah adsorben diberikan ke anak perusahaan suatu BUMN untuk diuji dalam skala komersil. Sangat memuaskan. Namun, merekapun tidak mau membelinya. Masih saja membeli produk impor. Tidak tahu alasannya apa. Huf, untuk memasarkan produk sendiri harus bertemu dengan industri yang militan, yang berdada merah putih.

Dan akhirnya 2013, Medco Energy akhirnya menjadi perusahaan pertama yang membelinya secara komersil untuk desulfurisasi gas di Lematang. Bangga, senang. Ya, dan juga gemes.

Belajar dari Cerita

Sungguh bangsa ini bangsa yang salah arah. Ya, aku sedang mengutuk pemerintahan bangsaku ini. Tapi bukan mengutuk sekedar mengutuk. Tapi mungkin dengan kutukan ini, banyak orang-orang yang akhirnya tersadar untuk menyalakan lilin. Dan menyalakan lilin butuh korek, lilin, kemauan, dan kemampuan. Apalagi saat hujan menjelang dengan angin ribut yang menambah asyiknya kegelapan, lilin lebih susah dinyalakan.

Fouding father kita, Sukarno sebagai simbolnya, dan ulama-ulama saat itu sebagai motor-nya sudah menancapkan satu semangat yang luar biasa saat merdeka. Mandiri. Namun arah itu terbelokkan karena salah asuh yang begitu dahsyat terjadi pada masa lalu.

Beban sejarah itu menjadi beban yang berat ditanggung generasi saat ini. Globalisasi yang menghancurkan batas negara, perdagangan yang menembus batas wilayah, telah mencengkeram indonesia menjadi bangsa besar yang kecil dan kerdil. Menjadi tempat membelli bahan baku yang murah, dan menjadi tempat menjual bahan jadi yang ramai dari olahan bahan baku yang diambil dari negeri ini sendiri.

Sebagaimana kata Habibi, teknologi memberi nilai tambah yang besar. Dan teknologi itulah yang menjadi kelebihan negara asing untuk terus menguasai ekonomi Indonesia. Maka rantai-rantai perdagangan yang terlalu panjang ini harus diputus. Bagaimana caranya? Mari kita bahas kaidah-kaidahnya.

Kaidah Pertama,

Wajib bagi generasi muda yang tercerahkan untuk idealis. Memiliki konsepsi kemandirian. Karena kemandirian itu independen dan makmur. No free lunch. Tiada mkan siang gratis. Tidak ada negara lain yang benar-benar peduli pada bangsa ini. Hanya kitalah, bangsa ini sajalah yang benar-benar peduli pada bangsa lainnya. Dan tidak semua generasi bangsa itu peduli. Maka jadilah generasi bangsa yang idealis yang peduli.

Kaidah Kedua,

Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aplikasi maupun teorinya. STEM, Science, Technology, Engineering, Matemathic adalah ilmu dunia modern. Nilai katalis yang dibutuhkan dunia hanya 21 Milyar dolar, tapi bisa membangkitkan 11-15 Trilyun dolar Amerika ekonomi dunia. Padahal katalis hanyalah setitik ilmu dalam STEM. Apalagi yang lain. Sadarkah?

Kaidah Ketiga,

Tantangan pertama yang dihadapi setelah idealisme dan ilmu adalah tantangan dari negeri sendiri yaitu kebijakan. Kebijakan pemerintah dan pelaku industri dalam negeri yang kadang tidak sesuai dengan semangat merah putih. Mereka yang biasa dengan status quo akan nyaman ketika status quo. Apalagi jika pro status quo ini mendapatkan keuntungan dari posisi status quonya. Maka cara-cara lama akan tetap dipertahankan meski ada alternatif lain yang lebih menguntungkan baik dari sisi ekonomi maupun dalam timbangan nasionalisme.

Kaidah Keempat,

Tantangan kedua adalah tantangan asing. Confession of Economic Hitman telah menyadarkan akan permainan busuk negara adidaya. Mereka akan bekerjasama dengan pelaku ekonomi dalam negeri atau bahkan memainkan tangan pemerintah untuk menjegal. Letter of Intent IMF oleh Michael Comdessus menjadi prasasti ambruknya CN-250.

Kaidah Kelima,

Adalah mutiara kesabaran dan kegigihan, antara penelitian sampai menjadi aplikatif dan komersil itu perjalanan panjang. Dan kadang tidak dalam satu generasi. Maka kesabaran dan kegigihan ini harus digigit dengan geraham, tidak boleh sama sekali lepas. Pun harus disiapkan generasi baru yang mampu meneruskan cita-cita lama, tetapi dengan perspektif dan metode kontekstual. Karena zaman berkembang tapi esensi cita-cita tak pernah lekang. Inilah makna tsummastaqomu…. Maka selanjutnya istiqomahlah kamu… Dan pelaku yang menjadi inspirasi penulis menghabiskan waktunya sehari-harinya dengan katalis adsorben dan sejenisnya. Gigih dalam idealisme dan pengorbanannya. Tapi tetap betah, karena pengorbanan dalam idealisme dan kesenangan itu manis dan terasa sebagai pelepasan dahaga.

Kaidah Keenam,

Sungguh yang paling berbahaya bukanlah penjajah asing yang berbeda kulit dengan kita, tapi mereka yang sama warna kulitnya dengan kita tapi terjajah fikiran dan idealismenya. Fakta menunjukkan bahwa yang mau menerima produk dalam negeri adalah mereka yang merah putihnya militan, setelah secara ekonomis menguntungkan. Ketika fikiran terjajah maka meski secara kualitas dan keekonomian lebih murah tetap saja memilih dari luar negeri. Itulah bentuk penjajahan yang sebenarnya.

Demikianlah cerita yang bisa saya bagi. Semoga bisa menyalakan terang dalam kegelapan. Maka muncullah terang sehabis gelap. Terang setelah habis kegelapan. Dan teruskanlah kaidah itu menjadi konsepsi dirimu. Robbi zidni ‘ilma warzuqni fahma.

Kalibata, 18 Maret 2015

Sang Filosof (Ikhsanuddn)

About Admin

Admin komunitas MJRS-SJS. Sebuah komunitas yang berupaya membiasakan diri dengan one day one juz + dzikir + Qiyamullail. Selain itu, ada program-program menarik dalam komunitas ini seperti kulsap (kuliah whatsapp), Bedah Buku, Bedah Film dan Kajian Telegram.

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *