QUARTER LIFE CRISIS
Pernah gak si kita merasa takut sama masa depan kita sendiri? Takut gak bisa kerja ditempat yang bagus? Takut gak bisa bahagiaain orang tua? Takut gk bisa sukses? Yang tanpa sadar benturan dari masa depan atau cita cita dan kenyataan membuat kaum muda mengalami krisis.
German psychologist Alex fowke bilang bahwa quarter-life crisisis acrisis”involving anxiety over the direction (mengarah) and quality of one’s life” which is most commonly experienced in a period ranging (bermula) from a person’s early twenties up to their mid-thirties(although the quarter-life crisis can begin as early as 18).
Untuk menggambarkan sebuah periode dalam kehidupan yang membuat kita sering merasa ragu, cemas, dan bingung dengan tujuan hidup.
Ini bukanlah hal langka di kalangan orang usia 20-an. Periode ketika pada seseorang terjadikrisis emosionalyang melibatkan perasaan kesedihan, terisolasi, ketidakcukupan, keraguan terhadap diri, kecemasan, tak termotivasi, kebingungan, serta ketakutan akan kegagalan sebagaimana yang mungkin saja sedang kita alami. Nah, situasi ini kerap dikenal sebagaiquarter life crisis(QLC). Biasanya, ia dipicu permasalahan finansial, relasi, karier, serta nilai-nilai yang diyakini.
Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empatj fase dalam QLC.
– Pertama perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya.
– Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi.
– Selanjutnya periode membangun kembali hidup yang baru.
– Yang terakhir adalah fase mengukuhkan komitmen terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.
Umumnya, QLC dialami orang pada umur 20-an, baik awal, tengah, maupun akhir dekade ketiga dalam hidup seseorang. Namun, perasaan cemas, bingung, dan sedih yang terdapat dalam krisis memasuki tahap kedewasaan bisa saja berlanjut sampai usia 30-an.
FAKTOR PENYEBAB
1. Uang
Ketika lulus kuliah kebanyakan orang akan berpikir, aku nnti bisa mapan gak ya? Aku bisa sukses gak ya? Atau nanti kalau aku nikah, gajiku cukup gak ya? Perasaan yang mirip insecure ini cenderung menghantui pikiran-pikiran seseorang. Padahal kalau ditelaah lagi sukses itu gak selalu berkaitan uang dan bersyukur atas pencapaian yang baru saja kita dapat itu lebih utama daripada ke distract sama hal-hal seperti itu.
2. Idealisme dan masalah keluarga.
Sangat wajar jika setiap orang punya pemikiran berbeda. Justru, ketika seseorang sudah mampu menentukan pilihan apa dan mana yang mau dia capai terlebih dahulu itu keren banget sii. Apalgi untuk orang yang baru lulus kuliah. Namun jangan salah gak selamanya idealism yang kita anggap bener, itu juga bener dimata orang lain. Kita tetap butuh sharing supaya kita gak salah jalan (tapi hari-hati untuk milih temen sharing).
Adakalanya nilai-nilai yang kita pegang itu gak sejalan sama orang-orang disekitar kita khususnya keluarga. Misal nih : kita berfikir kalau nikah itu gak bisa buru-buru, semuanya harus di prepare dengan baik. Mulai dari mental, fisik, financial dan segala macam perintilan lainnya. Tapi menurut orang tua kalau anak gadisnya udah berumur 24 misalnya, berarti wajib nikah. So, ini bakal nimbulin perasaan bimbang yang parah bagi si anak.
3. Target yang gak tercapai
Setiap orang yang punya target/ tujuan dalam hidup dan mereka mengharuskannya untuk tepat sasaran kalau tiba-tiba gagal pasti bakal kecewa, gak semangat, ngerasa bersalah, ngerasa bodoh, ngerasa gk bisa apa-apa, padahal bisa jadi Allaah punya rencana lain buat dia, Cuma waktu belum sekarang aja.
Kalau udah kayak gini, pemikiran-pemikiaran positive harus segera dibangun supaya gak terpuruk atau setidaknya deketin orang-orang yang punya energy positif, biar ketularann energinya.
4. Masa lalu
Wahhh, kalau bicara ini sih, kelar hidup kita. Why?? Karena banyak dari kita yang masih saja terkungkung terngiang-ngiang dengan kejadian masa lalu. Bahkan tanpa sadar masa lalu itu mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan kita ambil di masa sekarang.
CARA NGATASIN QLC
1. dont focus on our preseption, being open minded
Dengan melakukan ini kita bakalan bisa melihat banyak opsi yang tersedia. Tidak melulu mengikuti standar umum yang telah dibuat masyarakat.
2. Tentuin Prioritas hidupnya kita.
Dr John Demartini, seorang educator dan pakar perilaku manusia internasional menyatakan dalam bukunya yang bertajuk The Values Factor, bahwa motivasi yang sesungguhnya datang dari sebuah inspirasi. Hal ini akan hadir ketika kita sudah mengetahui value diri sendiri. Dan, ketika kita bisa hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita inginkan, maka saat itulah hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan.
Tanamkan mindset semua bisa kita capai kok, ikhtiar dulu masalah hasil urusan belakangan, yang penting dikerjainnya one by one.
3. Coba untuk mencari lingkungan atau suasana baru.
4. Tanyakan pada diri sendiri apa impian terbesar dalam hidup.
5. Latih kesabaran dan biarkan semuanya mengalir apa adanya.
6. Jangan biarkan orang lain menentukan apa yang terbaik untuk kita, menerima nasehat boleh.
7. Jangan membandingkan quarter life crisis kita dengan teman kita.
Fannisa rahmadhani