Home / Pengetahuan Umum / ABC Framework

ABC Framework

ABC Framework REBT

16-04-01-slide32.jpg.cf
Bismillaah, tetiba kepikiran satu topik bahasan di kelas konseling beberapa semester lalu, cuma aku ndak master dan khawatir lupa-lupa, jadi seingetku aja yak. Hehe

Aku mau bahas ABC framework dari Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Albert Ellis. Ini salah satu teknik psikoterapi dalam konseling, In Syaa Allah bisa diterapkan secara individual juga, sering anak psikologi gunakan untuk self-help kalau lagi ada masalah.

REBT digunakan sebagai terapi untuk masalah-masalah emosi dan perilaku. Penemunya pak Albert Ellis sekitar tahun 1950-an, basic beliau di psikologi klinis. Nah, pak Ellis ini percaya kalau masalah-masalah emosi dan psikologis individu itu tidak berasal dari sumber eksternal atau kejadian-kejadian yang terjadi pada individu itu. Masalah-masalah emosi dan psikologis yang dialami individu itu menurut pak Ellis disebabkan oleh sikap dan persepsi si individu itu sendiri. Gampangnya, bukan masalah yang salah, tapi cara kita menghadapi dan mempersepsikan masalah yang keliru.

Nah, tujuan dari terapi ini adalah untuk memahamkan klien bahwa keyakinan-keyakinan mereka inilah yang berpengaruh langsung terhadap emosi dan sikap mereka dalam menghadapi situasi yang penuh dengan stressor (penyebab stres).

Dalam REBT ini ada yang namanya ABC Framework, sebenarnya ada D, E, dan blablabla juga sih, cuma aku bahas yang gampang aja sampe C dulu. Hehe
Dengan ABC framework, klien diajak untuk menganalisis apa yang salah dengan pikirannya (pikiran yang irasional terhadap suatu masalah).

Here they are:
A : Activating Events (Pengalaman hidup atau kejadian personal tertentu)
B : Beliefs (keyakinan dan persepsi)
C : Resulting Consequencies (konsekuensi terhadap perilaku dan emosi)

Menurut Ellis, emosi dan perilaku itu tak terpisahkan. Emosi kita mempengaruhi perilaku kita, begitupun sebaliknya, makanya namanya jadi REBT. Okesip.

Contoh dari ABC framework itu begini:
1. Ada 2 orang yang bercerai, yang satu jadi depresi tapi yang satu lagi happy-happy aja, kok bisa?
2. Ada 2 orang yang “broken home”, yang satu frustasi tapi yang satu lagi tetap bisa melesat berprestasi, kenapa?
3. Ada orang yang perusahaannya bangkrut, beberapa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, yang lain bisa bangkit dan sukses. Apa yang berbeda kira-kira?

A (kejadian) tidak langsung menimbulkan C (konsekuensi):
Bercerai -> depresi
Broken home -> frustasi
Bangkrut -> bunuh diri
Bukan gitu polanya ?

Dari A tidak langsung ke C, ada B dulu di sana. Nah B ini adalah keyakinan dan persepsi kita tentang A, atau tentang masalah yang kita hadapi. Hasil dari B inilah yang kemudian menjadi C.

Got it?

So, that is why kita tidak bisa mengatakan seseorang depresi karena bercerai, seseorang frustasi karena broken home, seseorang bunuh diri karena bangkrut. Karena pada kenyataannya banyak yang bercerai, broken home, dan bangkrut tapi baik-baik saja. Maka menurut teori ini, yang keliru adalah persepsi dan keyakinan individu tersebut tentang perceraian, tentang broken home, tentang bangkrut. Pikiran-pikiran irasional itulah yang kemudian membuat dia depresi, frustasi, dan bunuh diri.

Ujian hidup sejatinya tidak pernah salah datang pada kita, cara kita menanggapinya justru yang bisa bikin hal tersebut menjadi masalah. Seringkali individu berpegang teguh pada keyakinan-keyakinan dan pikiran irasionalnya, hal ini bisa juga dipengaruhi oleh apa yang lingkungan tanamkan pada dirinya sejak lama. Maka mencoba untuk terbuka mindsetnya adalah sebuah gerakan yang bagus.

Pikiran-pikiran irasional kita terhadap masalah itulah yang seringkali membuat kita tidak bahagia dan terus menerus terpuruk dalam menghadapi ujian hidup.

Aku diajari langkah-langkah untuk melakukan psikoterapi ini kalau menghadapi klien dalam konseling, tapi itu kalau sifatnya dua arah yaaa. Karena ini aku sharing agar para expert disini bisa self help kalau ada masalah, so cara pertama untuk melakukan terapi ini adalah memahami bahwa ada yang salah dengan persepsi kita terhadap masalah tersebut.
Nah, kalau sudah tau persepsinya keliru, langkah selanjutnya bisa coba untuk menantang pikiran-pikiran irasional itu.

Misalnya seperti ini, untuk hal kecil saja: berbicara di depan publik.
Beberapa orang takut setengah mati sampai bisa pingsan saat diminta berbicara di depan banyak orang. Kalau sudah begini, pasti ada yang keliru dengan pemikirannya tentang berbicara di depan umum, atau barangkali memang punya pengalaman traumatis tertentu (dibully dsb) yang membuatnya takut berbicara di depan banyak orang.

Lalu bagaimana cara menantang pikiran ini? Kita bisa coba selami pikiran kita tentang hal itu.

Kenapa sih takut ngomong depan publik? Misal, takut diketawain.

Ayo kita tantang pikiran “takut diketawain” itu dengan pikiran yang lebih logis dan rasional, “emang kenapa kalau diketawain?”, “nanti malu”, “emang kenapa kalau nanti malu?”, “nanti ga punya temen”, teruuuuusss kita tantang pikiran-pikiran itu sampai kita sadar bahwa pikiran kita terlalu irasional, tidak logis, dan tidak bermanfaat.

Setelah itu baru masuk ke pikiran, “oke, kalau takut diketawain, berarti gimana caranya biar ga diketawain?”, “harus bagus materinya (misalnya)”, “terus gimana biar bagus materinya?”, “persiapan, nulis dll”, “terus gimana?”, “latihan”, teruuuss gitu sampai kita yakin bahwa kita gak perlu takut diketawain lagi kalau ngomong di depan publik. Harus kritis sama pikiran sendiri ceritanya. Hehe

Silahkan, , nanti bisa dicoba self-therapy nya. Aku sering pake terapi rasional ini kalau tetiba ngerasa ada yang tidak enak sama emosi saat menghadapi masalah. Sejatinya, kita yang memberi makna pada suatu peristiwa dan kejadian, kita mau memaknai dengan positif atau negatif, itu pilihan.

Sekian kulsap yang amat singkat dan tidak sistematis ini.

Semoga sedikitnya juga bermanfaat. Have a nice day everyone! Hiduplah dengan baik!

Yulinda Ashari

About Admin

Check Also

Sejarah Kopi

COFFEE AND HISTORY Sejarah kopi tentang dari mana dan siapa penemunya memang tidak diketahui pasti. ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *