Home / Dakwah / Antara Kepemimpinan dan Perkara Syubhat

Antara Kepemimpinan dan Perkara Syubhat

image kepemimpinan
via pustakademik.blogspot.com

Kisah seorang pemimpin Islam pada masanya. Pemimpin yang banyak menuai kontroversi dalam perjalanan awal sejarah umat Islam. Disatu sisi beliau adalah seorang yang mencintai Al Quran dan begitu pemurah terhadap Ahlul Quran namun disisi lain beliau adalah pemimpin dzolim, bengis, suka menumpahkan darah, dan banyak memberikan kesengsaraan bagi masyarakat muslim.

Hajjaj bin Yusuf, namanya. Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Celaan terbesar yang diberikan kepada Hajjaj adalah ia seorang yang sangat mudah menumpahkan darah. Cukuplah bagi dia hukuman dari Allah karena perbuatannya ini.

Hajjaj bin Yusuf (661M/40H 714M/95H) adalah seorang penguasa, politisi dan menteri pertahanan dari kekhilafahan Bani Umayyah. Dia berkeinginan untuk menaklukkan Kota Irak. Dia selalu berusaha untuk mengirimkan seorang wakil untuk menguasai wilayah tersebut.

Namun uniknya masyarakat Irak saat itu adalah masyarakat yang memiliki hubungan dekat dengan Allah, beriman kepada Allah, yang setiap permohonannya dikabulkan oleh Allah. Setiap ada wakil yang dipilih oleh Hajjaj Bin Yusuf, mereka selalu berdoa semoga umur wakil tersebut tidak panjang. Dan ternyata doa tersebut Allah kabulkan. Bahkan setiap wakil yang diutus Hajjaj Bin Yusuf untuk memimpin masyarakat Irak, wakil-wakil itu tidak pernah berumur panjang kecuali mereka mati tidak lama setelah diutus.

Akhirnya Hajjaj Bin Yusuf itu berpikir bagaimana agar wakil yang dikirim ke Irak tidak lekas mati seperti sebelumnya. Hajjaj Bin Yusuf pun membuat rencana muslihat. Dia memberikan perintah kepada setiap warga Irak agar mereka mengumpulkan telur pada suatu tempat yang telah ditentukan.

Warga Irak sempat bingung, apa maksud dan tujuan pemimpin ini sehingga mereka diminta untuk mengumpulkan telur. Tapi karena disertai ancaman akan dihukum berat bagi mereka yang tidak mengumpulkan telur, akhirnya mereka terpaksa untuk melaksanakan perintah tersebut.

Setiap warga membawa 1 telur dari rumah-rumah mereka, dikumpulkan di tempat yang telah ditentukan. Kemudian, sehari setelah semua masyarakat Irak mengumpulkan telur, Hajjaj Bin Yusuf memberi perintah berikutnya. Dia menyuruh masyarakat Irak, agar mengambil kembali telur-telur yang telah dikumpulkannya.

Warga Irak merasa kesal, karena mereka harus mengambil kembali telur mereka. Ketika mereka sudah di sana, mereka bingung, karena telur mereka sudah bercampur dengan ribuan telur lainnya. Akhirnya masyarakat Irak mengambil secara acak, menganggap yang diambilnya adalah telurnya. Ada yang mengambil telur yang lebih besar, ada pula yang mengambil telur lebih kecil.

Setelah masyarakat Irak membawa telur-telur mereka kembali ke rumah, Hajjaj Bin Yusuf ini gembira sekali. Dia merasa berhasil melaksanakan rencana muslihatnya. Beberapa hari kemudian, Hajjaj Bin Yusuf menaruh wakilnya kembali di Irak. Tanpa masyarakat Irak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Maka setelah wakil Hajjaj Bin Yusuf kembali memimpin di Irak, masyarakat Irak berdoa, semoga wakil Hajjaj Bin Yusuf itu tidak bertahan lama. Namun, ternyata doa mereka lama tidak dikabulkan oleh Allah. Sehingga wakil Hajjaj Bin Yusuf itu bertahan lama.

Sampai masyarakat Irak bingung dan mengevaluasi diri, ada apa dengan doa mereka, mengapa tidak seperti doa-doa sebelumnya yang lekas Allah kabulkan. Setelah mereka merenung, akhirnya mereka sadar bahwa hal itu dikarenakan mereka terkecoh dengan mengambil telur yang bukan merupakan telur mereka. Inilah yang dinamakan telur syubhat. Karena sebenarnya, mereka tidak tahu apakah telur itu miliknya atau bukan. Sehingga ini berakibat pada doa mereka yang tidak lagi mustajab.

Berdasarkan kisah tersebut kita bisa mengambil beberapa pelajaran, diantaranya adalah:

  1. Banyak orang yang dzolim itu terkadang faqih dan paham agama. Namun kepahamannya justru digunakan untuk melakukan kedzoliman.
  2. Doa kita itu sangat tergantung kepada makanan dan minuman yang kita konsumsi.
  3. Kedzoliman seseorang bisa ditebas dengan doa yang mustajab. Jadi kalau kita mendapati ada seorang pemimpin yang berbuat kedzoliman, kita boleh mendoakan supaya diganti dengan pemimpin yang tidak berbuat dzolim.

Membahas mengenai pemimpin, saya jadi teringat suatu nasihat bahwa pemimpin itu adalah cerminan dari yang dipimpinnya. Seperti yang disampaikan Ali Bin Abi Thalib, ketika ada seorang Khawarij datang dan bertanya: mengapa pemerintahanmu banyak dikritik oleh orang, tidak sebagaimana pemerintahan Abu Bakar dan Umar?. Ali radhiyallahu ‘anhu pun menjawab: karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan pada masaku, rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu. (Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin)

Oleh karenanya, mengutip nasihat Ustadz Oemar Mita: yang hari ini bercita-cita untuk menjayakan agama Allah, kalau dia tidak memperbaiki rezekinya dan makanannya, maka itu akan menghalangi kita dari apa yang kita mimpikan bersama yaitu kemenangan agama Allah. Kalau hanya telur saja yang dibawa pulang, sudah menyebabkan doa tidak lagi mustajab apalagi urusan yang lebih berat daripada telur.

Maka, mari kita jaga apa yang akan masuk dalam perut kita dari yang haram dan syubhat, supaya ketika kita mengangkat tangan berdoa kepada Allah, Allah kabulkan. Bahkan ketika kita meminta kepada Allah seorang pemimpin yang dekat dengan Kitabullah dan Sunnah, Allah perkenankan.

Sumber:

– Kajian Ust. Oemar Mita

– https://rumaysho.com/8265-presidenmu-tidak-sekejam-al-hajjaj-tetap-wajib-taat.html

Nur Hidayawati

About Admin

Check Also

Pujian

Hal yang wajar kalau kita sebagai manusia sangat bahagia ketika mendapat pujian. Ini bisa semakin ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *