Well, Dari lirik lagu tersebut mengingatkan saya pada seseorng yang pernah saya kenal.
Kau sebut aku kenangan
Aku anggap kau tantangan
Kau pendam aku dalam pikiran
Aku puja kau dalam sedu sedan
Hujan bulan January kembali menari Di beranda tempat dulu kita saling berbagi,
Kamu apa kabar?
Boleh aku mampir sebentar disini, Di hatimu?
Kita pernah saling mencari, meraba perasaan dengan canpur tangan logika. Menerka setiap karakter seseorang yang pernah kita temui, apakah sesuai dengan tujuan pencarian. Menerka seriap bahasa tubuh dan percakapan tersirat. Menduga benarkah seseorang itu yang tertulis oleh pena-Nya? Terkadang kita digoda perlahan oleh nafsu. Tertarik karena penampilan yang menyejukkab matan tergugah oleh wawasan pengetahuan yang luar biasa atau terenyuh karena merdu suaranya saat melantunkan kalam-Nya.
Kita pernah saling mencari. Beranggapan telah menemukan. Namun sebentar saja kita lalu beralih, beralih pada yang ‘lebih’ dalam kacamata kita. Kita sangat sering berandai-andai. Menggambarkan peta perjalanan tentang bagaimana ketika kita bersama seseorang yang kita harap. ASA kita melebur dengan argumen-argumen yang manusiawi. Kita sering lupa bahwa cinta hadir seringkali Tanpa butuh Alasan. Ketika kita tertarik pada seseorang oleh faktor ‘karena’. Bisa jadi itu hanya perasaan suka yang menjlar waktu yang tak lama.
Duhai, hati yang lemah. Biarkanlah ia pergi. Karena membiarkan pergi adalah sama seperti kita berdiri di halte, lantas ditunggu lama, setelah bus mendekat, penumpang naik, bus beranjak jalan, menjauh dan kita tetap berdiri dihalte tersebut. Menatapnya dengan segenap perasaan. Membiarkan pergi adalah salah satu cabang perasaan sejati. Seberapa lamapun kita telah menunggu bus itu, seberapa penting urusan kita, membiarkan pergi dengan ikhlas, karena boleh jadi itu keputusan terbaik atas nama kehormatan perasaan.
“Ya Rabb, Yang Maha mengetahui segala isi hati. Ku titipkan perasaanku hanya pada-Mu, karena hamba yakin janji-Mu pada surah An-Nur ayat 26 adalah pasti. Hamba yakin Engkau akan memberikan yang terbaik”.
Terakhir
“Kalau kita punya cinta Allah, langit Dan bumi pun bisa kita genggam, apalagi cinta manusia”
12 Desember 2015
Parastry