Home / Hikmah Kehidupan / Memandang Kasus Bunuh Diri Seorang Idol Kenamaan Korea

Memandang Kasus Bunuh Diri Seorang Idol Kenamaan Korea

Memandang Kasus Bunuh Diri Seorang Idol Kenamaan Korea

Bismillaahirrahmaanirrahiiiim…

Kulsap kali ini saya akan mengulas tentang kasus yang bulan lalu sempat meramaikan berbagai media, baik di dalam maupun luar negeri. Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seorang idol dari management ternama di Negeri Ginseng. Ketika mendengar berita ini, saya cukup kaget dan tidak menyangka kalau idol yang satu ini akan melakukan hal ini. Tentu saja hal ini merupakan satu pukulan berat bagi manajemen, para senior, para sahabat, dan tentunya para fans yang sangat menyayanginya.

Idol yang satu ini dikenal sebagai happy virus dalam grupnya. Dia selalu ceria dan menebarkan kebahagiaan untuk teman-temannya. Dia juga memiliki suara emas dengan posisi main vocal dalam grupnya.

Ternyata di balik keceriaan, popularitas, dan harta yang ia dapatkan, ia menyimpan derita yang mendalam di kedalaman jiwanya. Ia mengalami depresi.

Depresi mungkin bukan penyakit yang aneh di kalangan artis Korea. Banyak yang mengalami depresi, namun bisa kembali bangkit. Tetapi untuk idol ini, mungkin ia sudah tidak tahan lagi sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri menggunakan briket batu bara.

Beberapa kali, idol ini seperti sudah memberikan tanda untuk kepergiannya. Jika sesuai rencana, mestinya bulan ini ia come back solo. Namun, ketika di konser solonya bulan lalu, ia tidak menyinggung akan hal ini sekalipun di belakangnya tertulis di layar bahwa ia akan come back bulan Januari ini.

Dalam beberapa live ig nya, dia seolah meminta perhatian, namun tak ada seorang pun yang menangkap sinyal tersebut. Saat live ig terakhirnya, sepertinya dia menunggu satu orang saja yang memberikan perhatian dan itu cukup untuk membuat nya mengurungkan niatnya. Namun sayang, tak ada satu pun yang peka terhadap kode darinya.

Akhirnya ia pun melaksanakan rencananya. Dia memilih bunuh diri dengan menggunakan briket batu bara karena menurutnya itu adalah cara yang paling tidak menyakitkan juka dibandingkan dengan cara yang lain. Sebelum benar-benar pergi, ia mengirimi pesan kepada kakaknya yang isinya ucapan selamat tinggal. Kakaknya pun segera menghubungi kepolisian sekitar apartemen adiknya itu karena khawatir adiknya akan melakukan bunuh diri. Tapi terlambat, polisi datang beberapa jam setelah kakaknya menghubungi dan dia pun sudah tidak bernyawa.

Kakaknya memang sudah mengetahui kondisi dia yang mengalami depresi. Dia sering menceritakannya kepada kakaknya. Selain kakaknya, ada salah seorang temannya juga di luar grup yang sering ia ‘curhati’. Dia depresi karena merasa tidak bertalenta dalam bidang musik.

Dia juga sebenarnya sedang dalam pengobatan untuk menyembuhkan depresinya. Namun, dokternya mengembalikan semuanya kepadanya karena kuncinya ada pada dirinya. Sebagian fans yang mengetahui berbagai fakta tentang penyakit depresinya menyalahkan dokternya karena alih-alih menyemangati pasiennya, dokter malah menyalahkannya. Tentu saja hal ini membuat para fans semakin kecewa selain keterlambatan polisi datang ke apartemen sang idol.

Kalau seorang idol ternama ini saja yang memiliki suara merdu, pandai menciptakan lagu, dan sejumlah talent lainnya serta memiliki fans yang tidak sedikit saja mengalami depresi karena merasa tidak memiliki talent, apa kabar trainee lain yang setelah bertahun-tahun melakukan training namun belum kunjung debut? Pastinya mereka juga mengalami stress yang mungkin lebih daripada dia. Namun, yang namanya penyakit, butuh proses untuk disembuhkan. Apalagi penyakit yang berkenaan dengan kejiwaan yang obatnya ada pada diri sendiri. Orang lain memang tidak bisa merasakan apa yang ia rasakan. Ia juga ingin sembuh. Bukan hanya perkara mengenai perhatian.

Kasus ini juga menjadi sangat viral mungkin dikarenakan sang idol merupakan personil dari boyband ternama yang berada di bawah naungan manajemen ternama pula di Korea. Tentu saja hal ini merupakan hal yang tidak disangka-sangka oleh siapa pun dan menjadi pukulan berat bagi banyak pihak.

Dari kasus ini, saya pribadi belajar cukup banyak hal. Pertama, terkait hal yang bisa menyebabkan bunuh diri mungkin saja dikarenakan ketiadaan iman kepada Allaah. Kalau seseorang beriman kepada Allaah, InsyaaAllaah dia tidak akan memilih jalan bunuh diri. Kedua, sumber kebahagiaan setiap orang berbeda. Berlimpah harta, popularitas, dan multitalent tidak menjadi ukuran kebahagiaan. Kita sering mendengar ungkapan bahwa “Bahagia itu Sederhana”. Kuncinya, lebih bersyukur dengan kondisi yang kita rasakan. Ketiga, jangan terlalu tertekan dengan hasil yang menurut kita tidak sesuai. Selama prosesnya telah dijalani, serahkan hasilnya kepada Allaah. Ni’mati setiap prosesnya. Keempat, depresi merupakan penyakit yang butuh penyembuhan yang mungkin tidak sebentar, butuh kerjasama dari semua pihak dan harus tetap bersabar. Kelima, jangan gampang menyalahkan, tidak reaktif dan bersikaplah objektif. Cari informasi yang banyak dan lihat dari berbagai sudut pandang. Keenam, berpikir dan merasa positif. Kejadian apa pun, lihat dari sisi positifnya. Ketujuh, semuanya sudah tercatat di Lauh Mahfuzh, pandai-pandailah kita mengambil hikmah dari setiap kejadian. Dan masih banyak hikmah lain yang mungkin bisa dipetik dari kejadian ini.

Saya kira cukup sekian untuk kulsap kali ini. Mohon maaf jika banyak kekurangan. Mudah-mudahan dapat diambil hikmahnya oleh banyak pihak.
Bandung, 28 Januari 2018

Siti Saadah Mulyani

About Admin

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *