Alhamdulillah Allah masih memberikan waktu dan kesempatan bagi saya untuk berbagi sedikit mengenai kajian yang pernah saya ikuti. Yaitu membahas tentang Pengelolaan Hati.
Kajian ini disampaikan oleh eorang ustadzah asal bogor, beliau bernama Ibu Euis Sufi, seorang ummahat yang masa mudanya dihabiskan dalam gerak gerak dakwah yang panjang.
Ngomong ngomong berbicara soal hati, disini yang kita bahas bukanlan bahasan hati untuk kesiapan menikah wehehe. Kita akan membahas tentang Mengelola Hati di Jalan Dakwah.
Siapa yang tak punya hati? Pasti teman teman disini adalah manusia yang diciptakan sempurna oleh Allah, lengkap dengan hati. Lalu bagaimana hati ini bisa kita gunakan dalam gerak gerak dakwah?
Harapan, kecewa, sedih, senang, suntuk, bahagia, dan banyak lagi perasaan lain yang kita rasakan selama ini di jalan dakwah memiliki sumbangsih dari kerja kerja hati kita. Jalan dakwah, merupakan cerita panjang. Berbahagialah kita yang masih Allah bariskan dalam barisan barisan dakwah. Masih Allah isi hati kita dengan hidayah-Nya. Alhamdulillah. Siapa yang tak mau nantinya saat sudah melewati kematian dan tibalah waktunya menunggu kiamat, dipersilahkan untuk jalan-jalan mengelilingi syurga terlebih dahulu? Mau banget atuh kalo saya 🙂
Dalam surat as-shaff ayat 10 Allah menanyakan kepada kita, kurang lebih gini. Mau ga ditunjukin sesuatu yang bisa nyelamatin kamu dari azab? Wow, siapa gitu yang gamauu, hidup sehari aja udah gak keitung berapa banyak dosa yang diperbuat, dari dosa mata, dosa lisan, dosa hati, sekarang karena serba online jadi ada dosa jari, hiks
Lalu dalam ayat berikutnya Allah sampaikan bahwa caranya adalah dengan beriman kepada-Nya dan berjihad dengan harta dan jiwa. Ya, salah satu kuncinya keimanan. Ayatnya masih belum selesai, Allah sambung dengan pernyataan “itu yang baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
Sebentar, “jika kamu mengetahui?”
Bukannya sudah diberi tahu ya? Kenapa masih ada yang Allah golongkan dengan orang orang yang tidak tahu?
Ustadzah sufi menyampaikan bahwa itu adalah sinyal dari Allah bahwa sebagian orang ada yang tidak tahu. Tidak banyak yang tahu kebaikannya, tau dalilnya, tapi ga tau kebaikannya gimana. Wah ada yaa yang seperti itu.
Maka ambillah pengetahuan pengetahuan tentangnya, ambillah kebaikan dan yang baik. Namun yaa, tidak dengan cara yang mudah juga, butuh berjuang, butuh mujahadah, masak mie instan aja nii yaa, yang instan masih pake usaha. Ya kaan hehe
Jadi penting banget bagi kita untuk mengambil peran. Karena kita sangat butuh Kapitalisasi amal. Saat nanti kematian sudah dilewati, saat nanti kita menunggu yaumul hisab, saat nanti kita tidak bisa berbuat apa apa lagi.
Mengalir, mengaliiir terus pahala pahala
Kenapa bisa?
Itulah dia efek kapitalisasi amal
Coba bayangkan berapa banyak dosa kita. Bandingkan dengan amal amal kita pribadi yang bisa mendatangkan pahala. Shalat? Yakin shalat kita baik dan khusyu? Dhuha standar, tahajjud jarang, tilawah pikiran kemana mana, shoum belum tentu diterima. Jadi amal pribadi kita yang mana yang selalu mendatangkan pahala dan mampu menutup dosa dosa?
Sebenarnya jika kita ingin masuk syurga saja caranya mudah, dengan berislam dan kerjakan saja yang wajib. Insyaa Allah masuk syurga. Tapi masuk syurga ada kategorinya, langsung masuk, atau singgah dulu ke neraka. Dengan amal standar tadi dan dosa yang bejibun, bisakah kita masuk syurga tanpa singgah dulu ke neraka?
Inilah dia peran “kapitalisasi amal” tadi
Disaat kita ajarkan kebaikan, kemudian kebaikan itu diterapkan dan disebarluaskan, selama masih bermanfaat, pahala pahala terus mengaliirrrr. Sumber pahala yang tak henti henti. Maa syaa Allah.
Ada 2 cara yang bisa kita lakukan untuk bisa mengkapitalisasi amal
1. Dengan dakwah
2. Dengan menghandle hal-hal fardhu kifayah
*Dengan dakwah*
Membuat sistem yang bagus, kemudian digunakan hingga bisa mendatangkan kebermanfaatan. Selama dipakai, selama itu pahala teruuus mengalir. Mengajarkan kebaikan, bikin poster dakwah, ngajakin ikut kajian, buanyak banget contohnya.
*Dengan menghandle hal-hal fardhu kifayah*
Apapun bidang keahlian kita, itu adalah ladang ladang kapitalisasi amal. Ilmu terapan yang kita pelajari, ilmu Allah juga bukan? Yaa bener banget. Perkara fardhu kifayah bukan saja perkara shalat jenazah yaa hehe, bisa juga dengan menjadi insinyur di daerah tempat kita tinggal, dengan profesi itu kita rancang kota yang aman dari bencana banjir, sehingga warganya bisa beribadah dengan nyaman. Selama masih ada yang menikmati manfaatnya, pahala terus mengaliirrr. Maa syaa Allah
Jadi jadiiii, hayuk ah jan letoy dengan berbagai macam tugas kuliah dan beban organisasi. Niatkan karena Allah, untuk menutup dosa dosa, dan awali dengan basmalah. Bisa 😀 kalau dengan imbalan pahala dan terbebas dari neraka tidak membuat kita semangat, apakabar hati kita? Bukankah tidak ada kebaikan dan kebahagiaan yang lebih besar daripada janji janji Allah?
Hoiaaa, satu lagi part yang menurut saya perlu juga untuk disapaikan. Yaitu tentang Futhur
Pernah dengar kata futhur? Itu tuh kondisi dimana iman kita sedang turun dan cenderung malas dalam melakukan kebaikan. Ada pertanyaan oleh salah satu peserta yang bunyinya “ustadzah, futhur kan lumrah ya, tapi kalau futhurnya berjamaah gimana?”
Wow, saya yang mendengar pertanyaan ini mengangguk angguk, benar jugaa. Ada kadang kadang kondisi seperti ini terjadi.
Kemudian beliau menjawab “ya, futhur itu adalah tabiatnya manusia. Gapapa futhur, asalkan bukan kita sendiri.” Maa syaa Allah, tertampar tampaarr. Beliau melanjutkan “seorang dai itu, jika melihat sekitarnya futhur, maka semakin semangat lah dia, teman temannya yang futhur adalah ladang kapitalisasi amal, sebuah energi besar muncul, bukan saya bukan sayaaa Ya Allah yang futhur”.
Jawaban itu seperti air bagi saya yang haus, dengan manata hati, hal hal yang kadang dipandang negatif bisa dijadikan ladang kapitalisiasi amal. Maa syaa Allah
Fahma Furqani