Home / Hikmah Kehidupan / Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka

Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., MSE., CFP.

Berhubung masih aura-aura hari kemerdekaan, maka kali ini mari kita bahas yang berhubungan dengan kata Merdeka.

Kalau ditanya, merdeka artinya apaan sih?
Bebas? Nggak terikat? Nggak di bawah bayang-bayang perbudakan (budak cinta misalnya)?
Mungkin jawaban kita bakalan beda-beda yaaa.

Kalo sandwich generation apaan lagi coba?
Udah pernah denger belum atau udah pernah dengar tpi nggk ngerti maksudnya apaan?

Menurut KBBI, merdeka tuh artinya:
1. Bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri
2. Tidak terkena atau lepas dari tuntutan
3. Tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa

Kita sepakat aja dulu ya, merdeka maksudnya begitu.

Menurut Oxford Languages, sandwich generation itu
” a generation of people, typically in their thirties or forties, responsible for bringing up their own children and for the care of their aging parents”

Sampai disini udah paham berarti ya kalo sandwich generation tuh generasi tengah-tengah yang diapit dua lapis roti, roti atas yaitu kebutuhan/keperluan/perawatan orang tua. Roti bawah, kebutuhan anak, adik, atau sepupu misalnya.

Nggak enak banget berarti yaa, dikirain enak karna ada kata sandwich nya

Jadi hubungannya apa antara merdeka sama sandwich generation?

Sepertinya bertentangan sekali. Jadi sandwich generation tertindas amat, nggk ada merdeka-merdekanya, nggk ada bebas bebasnya. Malahan kek jadi budak orang tua dah. Disuruh kerja keras, peras keringat buat memenuhi kebutuhan keluarga. Ini nih kali yah yang namanya toxic parent.

Eits, tunggu dulu. Parah amat dah bilang orangtua sendiri toxic. Yang ada noh diri kita dulunya saat masih janin hidup kek parasit dalam tubuh ibu sendiri. Saripati makanan ibu di ambil, di hisap, di kudet hingga lahir kedunia. Nah loh, udah gede, di biayai pendidikannya, bisa-bisanya bilang orangtua toxic. Astagfirullah.

So, gimana dong?
Nggak mungkin deh rasanya sandwich generation bisa merasa merdeka dengan tuntutan atas bawah.

Makanya kenalan dulu sama yang namanya financial planning

Menurut Kak Kaukabus, dengan financial yang bagus yang rapi, kita tuh punya tujuan keuangan (financial goals) bukan dream ya tapi goals.
Bedanya?

Goals lebih spesifik, punya batasan waktu, parameternya ada. Kalau dream, bebas dah, gak ada batasan waktu, gak harus spesifik.

Contoh financial goals?
Misal, umur 40, aku nggak mikirin lagi tuh gimana caranya dapat uang untuk kebutuhan diri sendiri, orangtua, tapi yang dipikirin tuh gimana caranya bisa berbagi berbagi berbagi, kontribusi buat ummat.

Idealnya financial planning tu seperti bus bertingkat sumber keungannya
Lt 1: active income
Lt 2: passive income (bisnis, properti, saham, dll)

Sehingga jika financial planning kita bagus, kita bisa mencapai yg namanya wealthy (sejahtera).
Kalo udah wealthy tentunya merdeka bukan?

Oh belum tentu,,,
Kalo yang dipakai dalam financial planningnya bukan kacamata iman

Gimana kacamata iman dalam memandang financial planning?

1. Pahami konsep rezeki
Rezeki sudah Allah jamin
Manusia itu wilayahnya/tugasnya ikhtiar
Berkah gak rezekinya, Allah ridho gk sama rezeki yang diberikan ke kita.

2. Mengurus orangtua adalah ibadah yang tinggi derajatnya. Nggak semua orang berkesempatan merawat orangtuanya. Beruntunglah bagi yang diberi ladang pahala oleh Allah lewat jalan berbakti, merawat, memuliakan orangtua

3. Jangan sampai tinggalkan anak yang lemah akidah atau imannya.
Jangan sampai tinggalkan anak yang lemah ibadahnya.
Jangan sampai tinggalkan anak yang lemah ilmunya.
Jangan sampai tinggalkan anak yang lemah ekonominya.

Kesimpulannya, jika Allah berikan kesempatan bagi kita menjadi sandwich generation, maka jadilah sandwich generation yang merdeka, karena dalam kerangka ketaatan pada Allah SWT, kebermanfaatan bagi umat. Bukan sandwich generation yang nggak pake kacamata iman, jdi pandangannya ngeblur, goalsnya nggk jelas, merasa terpaksa mulu.

Terimakasih, sekian kulsap saya, mohon maaf jika ada salah kata.
Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarakatuh

Dian Mutia

About Admin

Check Also

Salah Paham Bersosial Media

Percaya atau tidak, media sosial yang diharapkan mendekatkan yang jauh justru kadang menjauhkan yang dekat. ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *