Photo by Sergei Akulich on Unsplash
Pemateri : Prof. Emil Salim (mentri lingkungan hidup tahun 1978 dan pakar ekonomi)
Pandangan Prof Emil Salim terkait hubungan antara lingkungan dan agama beliau dapatkan dari pengalaman ketika bertemu dengan Buya Hamka, yang pada saat itu menjabat sebagai ketua MUI. ketika Prof Emil Salim mengamati berbagai masalah lingkungan yang ada disegala penjuru Indonesia, Buya Hamka menyarankan dua landasan utama dalam mempelajari lingkungan. Pertama, alam dan lingkungan adalah guru karena alam merupakan goresan cipta Tuhan yang dapat memberikan makna. Kedua, Belajarlah dengan ahli agama dalam pembangunan alam karena kerusakan lingkungan berkaitan dengan moral dan agama adalah kontrol pencegahan paling tepat.
Buya Hamka menyarankan Prof Emil Salim mengunjungi pondok pesantren Al-Nukayah di daerah Sumenep yang pada saat itu dipimpin oleh KH Basit. Hal menarik yang ditemukan di pesantren itu adalah setiap santri diminta untuk rutin melakukan penghijauan dan perbaikan alam secara berkala, hal itu dicanangkan atas keyakinan bahwa ketika alam terjaga, maka sistem hayati akan menjadikan saluran air dapat terfilter dengan baik dan bersih, lalu menjadikanya dapat digunakan untuk bersuci (wudhu, membersihkan pakaian, masjid dll). Sehingga ketika para santri menjaga kelestarian alam maka sama saja telah menyempurnakan peribadatan.
Selanjutnya, Prof Emil Salim juga menjelaskan bahwa :
- Agama memberikan pengalaman yang dapat di temukan secara langsung di Alam
Agama mengajarkan melalui kitab suci nya untuk menjaga kelestarian alam dan hal itu merupakan bagian dari peribadatan. Hutan yang kerap menjadi penanda sebuah kesuburan, bukan hanya dapat mendukung sirkulasi air di bumi, juga menyediakan berbagai jenis obat dan sumberdaya makanan setiap makhluk hidup. Hutan juga menjadi habitat dimana setiap makluk hidup di dalam nya mampu memberikan makna, contohnya dalam Al- Quran surat An-Nahl yang membahas tentang lebah. Riset menunjukan betapa berpengaruhnya seekor lebah terhadap kelestarian alam, pergerakanya mampu membantu penyerbukan tanaman, madu yang di hasilkan merupakan sumber kesehatan terbaik, sarangnya pun menunjukan kehebatan karena mampu menyerap sinar matahari dan meloloskan air hujan yang sangat berguna untuk mempelajari system teknologi. Alam tidak boleh dirusak, bahkan harus selalu dipelajari dan dilestarikan karena alam merupakan intergral kesempurnaan beragama. semakin cinta kepada alam maka semakin dekat hati kepada tuhan karena alam merupakan jalan memahami segala kalam.
- Dimensi pembangunan lingkungan berkelanjutan
Lingkungan, sosial dan ekonomi merupakan aspek yang sangat berpengaruh dan saling berkaitan dalam membahas pembangunan berkelanjutan. Pertama, landasan pembangunan mengerahkan seluruh kekuatan ekonomi mencapai keadaan lepas landas ke tempat yang lebih tinggi. Kedua, untuk mencapai titik ekonomi lepas landas tersebut, kita harus sadar terkait isu sosial seperti ketimpangan, kemiskinan, keterbelakangan dll. maka dibutuhkan sumber daya manusia yang bukan hanya kesempatan kepada orang yang berdaya, namun pengembangan penduduk miskin perlu dikerahkan dengan maksimal. Ketiga, segala aspek geografi yang menguntungkan di Indonesia menjadikan Negara ini seharusnya mampu mengatasi masalah sosial dan tidak lagi perlu menerima impor pangan, ketersediaan sumber daya alam seharusnya bahkan mampu menaikan tingkat pendapatan. namun perlu mencari solusi terbaik pola pembangunan yang tidak merusak lingkungan untuk generasi yang akan datang.
- Peran masyarakat dalam penanganan lingkungan
Dalam pengelolaan lingkungan kususnya sampah. Hasil riset menunjukan 40% penanganan sampah dilakukan oleh pemerintah, sementara 60% tidak dapat ditangani karena jumlahnya yang sangat besar. Maka peran masyarakat yang dapat dilakukan di antaranya yaitu membangkitkan pola kesadaran lingkungan dalam pembangunan aktif, selain itu sebagai umat beragama kita dapat memakmurkan masjid, karena di dalam sana terdapat sumber inspirasi dan pergerakan umat yang peranannya sangat dinamis sebagai sumber perubahan kearah yang lebih baik. Sehingga terciptalah relevansi antara susbtansi kehidupan yang mendatang terhadap hikmah beragama.
Shafa Anggita Ashari
