Home / Dakwah / Islam, the Feminist Religion

Islam, the Feminist Religion

Islam, the Feminist Religion

Risyah adilla

Assalamualaikum
Ini kulsap saya mohon maaf lahir dan batin atas segala ke sotoy-an saya ya, teman teman.

Kalau ada yang lebih berilmu tentang ini boleh laaah kita diskusi. Terimakasiiih
Seringkali ketika saya mendiskusikan tentang gender dengan teman-teman selain teman-teman kuliah saya di fakultas ilmu budaya, mereka kebanyakan menganggap bahwa feminisme adalah suatu hal yang negatif. Apalagi jika dikaitkan dengan Islam, entah tiba-tiba menjadi sentimen dan menuduh-nuduh saya seorang feminis dengan tatapan negatif. Padahal menurut saya, dalam beberapa hal, Islam adalah agama yang paling feminis, dibandingkan agama lain. Agama yang paling melindungi hak, martabat, dan keberadaan wanita. Terlepas dari nilai sakral dan dogmatis dari agama, perkenankan saya untuk membahas feminisme dalam sudut pandang islam melalui sudut pandang keilmuan dan kemasyarakatan.

What is feminism?
Menurut britannica.com , femininisme adalah serangkaian pergerakan politik, ideologi, dan sosial yang memiliki tujuan untuk mencapai kesetaraan gender dalam hal politik, ekonomi, dan hak-hak pribadi. Gerakan feminisme meliputi perjuangan untuk melawan stereotip atas salah satu gender (khususnya perempuan) dan untuk mencapai kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan dan pekerjaan profesional. Awalnya, gerakan feminisme ini berasal dari sejarah bangsa barat di abad 19 dan awal 20-an dengan beragam tujuan yang ingin dicapai. Pada saat itu, peran dan pergerakan wanita di ruang publik sangat dibatasi. Ruang publik hanya diperuntukkan untuk lelaki. Wanita dilarang untuk belajar, memiliki properti pribadi, dan berpolitik. Perjuangan feminisme ini pun berlangsung dalam beberapa gelombang dimana setiap gelombang memperjuangkan aspek-aspek yang berbeda.

Berdasarkan https://en.wikipedia.org/wiki/Feminism#History , sejarah modern feminisme dibagi menjadi 3 gelombang. Gelombang pertama memperjuangkan hak perempuan untuk memilih, gelombang kedua memperjuangkan kesetaraan hukum dan sosial untuk perempuan, dan gelombang ketiga meneruskan perjuangan dari gelombang kedua. Menurut berbagai sumber lainnya, gelombang feminisme ini masih berlanjut sampai saat ini hingga yang terbaru adalah gelombang keempat yang ramai disuarakan di sosial media melalui gerakan-gerakan seperti #MeToo yang mengadvokasi perlindungan perempuan dari kekerasan seksual. Jadi, di sini saya juga ingin meluruskan bahwa feminisme bukan hanya tentang bagaimana literally ‘laki-laki dan perempuan sama’ karena faktanya tujuan feminisme itu lebih dari hanya sekedar kesetaraan. Selain itu, feminisme juga memiliki aliran-aliran seperti feminisme liberal, feminisme sosialis, feminisme separatis, feminisme radikal, dll.

How Islam treat women
Ketika gerakan ini muncul dan berkembang di abad 19-20an, nyatanya agama Islam yang sudah ada ribuan tahun sebelumnya telah mengkampanyekan hal serupa. Hal-hal kontemporer pun jika dikaitkan dengan ilmu syariat masih berhubungan. Contoh saja ketika ramai kampanye tentang Body positivity dimana perempuan tidak perlu malu akan bagaimanapun bentuk tubuhnya, wajahnya, kulitnya, dll. Dalam Islam, kita mengenal bahwa turun perintah untuk berjilbab dan menutup aurat bagi perempuan. Perintah ini turun tidak lain untuk menolak gagasan bahwa perempuan dinilai dari fisiknya. Hal ini semakin mendorong perempuan untuk selalu menghargai dirinya lebih dari apapun. Jilbab adalah pilihan yang mencerminkan kebebasan dimana perempuan memiliki kontrol penuh atas dirinya sendiri, terlepas dari pengaruh masyarakat sekitarnya.

Di negara-negara mayoritas Islam pun terbukti bahwa tidak sedikit perempuan yang menjabat kedudukan penting dalam pemerintah seperti gubernur, walikota, perdana menteri, bahkan presiden. Karena sebagai anggota masyarakat, perempuan memiliki tanggung jawab dan balasan yang sama dengan laki-laki atas kebaikan mereka, seperti yang Allah tegaskan di surat Ali Imran: 195, dimana Allah swt menyetarakan perempuan dan laki-laki dalam berusaha dan mendapatkan hasil dari usahanya tanpa dibedakan sedikitpun. Para wanita pun sejak zaman Rasulullah sudah dilibatkan dalam peperangan (contoh : Nusaibah binti Ka’ab yang terkenal sebagai wanita perisai Rasulullah).

Dalam kapasitas perempuan sebagai istri, Islam memberi hak dan tanggung jawab yang besar sebagai bentuk penghargaan kepadanya. Perempuan dijadikan sebagai penanggung jawab dalam rumah tangga suaminya dan sebagai pemimpin atas anak-anaknya (HR Bukhari dan Muslim). Islam juga memberi perlindungan yang besar kepada kaum perempuan sebagai istri dengan perintahnya kepada para suami agar memperlakukan mereka dengan ma’aruf (An-Nisaa: 14). Bahkan, Rasulullah saw menjadikan parameter kebaikan seseorang adalah berdasarkan perlakuannya yang terbaik kepada kaum perempuan, baik istri maupun anak perempuan mereka (HR Baihaqi).

Allah juga tidak pernah membedakan hambanya dari gender atau jenis kelaminnya. Allah memandang semua hambanya adalah sama karena “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu,” (QS: Al-Hujurat: 13).

Akhirnya, dalam pandangan saya, feminisme bukanlah hal baru nan tabu untuk dibicarakan oleh para ilmuwan muslim. Namun perlu diingat jika kedudukan laki-laki dan perempuan dikaitkan dengan Al-Quran dan hadits, alangkah baik jika sebelum menafsirkannya sendiri kita mengetahui konteks turunnya ayat-ayat dan hadits tersebut.

About Admin

Check Also

Pujian

Hal yang wajar kalau kita sebagai manusia sangat bahagia ketika mendapat pujian. Ini bisa semakin ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *