Home / Hikmah Kehidupan / Apakah Hidup?

Apakah Hidup?

Bismillahirrohmanirohim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahiladzi arsala rosulilahi bil huda wa dinil haq, Liyudzirohu ‘ala dini kullih wa kafa billahi syahida. Asyhaduallaa ilaaha illallohu wahda hulaa syarikallah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh, laa nabiya ba’dah.

Ikhwah fillah yang dirohmati Alloh,

Terkadang, kita berpikir kok waktu cepet banget berlalu ya. Ketika tidur di malam hari, tau-tau udah pagi aja. Ketika beranjak dewasa, kita berpikir masa kecil cepet banget sirna. Orang bilang malam hari waktu yang rawan untuk overthinking.

Ketika terlintas momen-momen penting di hidup kita, seringkali kita merasa waktu berlalu bagaikan kilat. Rasanya belum lama saya gabung ODOJ MJR-SJS, tau-tau udah mau satu semester aja. Alhamdulillah kita memiliki kesempatan untuk menambah wawasan dan relasi. Terimakasih buat sensei Edi Sukur yang kemarin bersedia mengisi acara di kampusku secara online. Boleh jadi nanti temen-temen di sini yang akan menjadi pemateri selanjutnya.

Masih teringat awal-awal survive menginjakkan kaki di kampus. Dan sekarang tinggal cerita. Terutama pada saat-saat perpisahan, bahagia, atau bahkan saat paling sedih dalam kehidupan kita. Hingga kita dihempas realita dengan pertanyaan hampir serupa:

APAKAH BETUL WAKTU BERLALU BEGITU CEPATNYA?

  1. PAGI YANG SAMA

Waktu itu saya terbangun oleh suara pengumuman dari toa masjid dekat rumah. Kalimat sakral itu terdengar dan membuat freeze moment bagi siapa saja yang mendengarnya. Yang berleha-leha pun merinding mendengarnya.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Semua milik Allah dan semua akan kembali kepada-Nya.

Diumumkanlah seorang anak adam telah berpulang ke rohmatulloh.

Pagi itu, seseorang jauh di sana merasakan pagi dengan penuh senyuman. Pagi yang sama, seseorang yang lain sedang berduka. Bayang-bayang kematian tak luput menghantui pikiran manusia. Hari ini bekerja dan belajar. Hari ini bahagia. Tapi, begitu memikirkan kematian, manusia mana yang tidak hilang kebahagiaannya barang sekejap?

Albert Camus, salah seorang filsuf barat terkenal, mengidentifikasi kematian sebagai salah satu bentuk absurditas. Absurd karena manusia tidak bisa abadi dalam kehidupan yang sekarang dinikmatinya. Manusia boleh senang. Manusia boleh mengejar apapun yang mereka suka. Manusia bisa pergi kemanapun yang mereka mau.

Namun, begitu kematian tiba, manusia tak akan bisa keluar sebagai pemenang. Yang tak kalah menarik, Camus tidak menganjurkan orang-orang agar melakukan bunuh diri. Camus bahkan menyatakan bahwa orang-orang yang melakukan bunuh diri adalah orang-orang pengecut. Pihak-pihak yang kalah melawan kehidupan.

Kematian adalah soal waktu. Kalau waktu berjalan begitu cepat, lantas apakah kematian juga akan datang begitu cepatnya?

  1. WAKTU YANG CEPAT ATAU MANUSIA YANG LAMBAN?

Menurut Camus, harapan adalah sesuatu yang wajib dihindari. Harapan adalah sesuatu yang berbahaya. Camus percaya bahwa harapan adalah faktor yang menyebabkan manusia sulit menikmati hidupnya. Harapan membuat manusia pergi dari masa sekarang ke masa depan. Berangan-angan atas kondisi yang (mungkin) lebih baik. Padahal, harapan tidak akan betul-betul memberikan dampak langsung pada kondisi kita saat ini.

Meskipun begitu, manusia tetap harus memiliki harapan. Semacam guiding star atau bintang penuntun. Bisa macam-macam bentuknya. Entah itu cita-cita, harta berlimpah, pasangan hidup, atau bahkan surga di kehidupan selanjutnya. Titik permasalahan sebenarnya bukan pada harapan, tapi terletak pada disini-kini. Kita harus merasakan dengan sepenuh jiwa bahwa kita ada disini dan kini. Sekarang Masa lalu telah hilang, ia bukan milik manusia lagi, ia bisa jadi adalah milik buku sejarah. Masa depan juga belum tentu digenggam.

Menjamin esok masih bernapas saja kita tak mampu, apalagi menebak nasib kita bertahun-tahun yang akan datang. Kapan kita berusaha? Bukan di masa lalu, bukan juga di masa depan. Alloh memberikan sekarang pada kita untuk berusaha.

Begitu masa sekarang lewat, ia akan menjadi masa lalu. Tak bisa diubah dan tak perlu disesali.

Waktu tidak berjalan dengan cepat. Perasaan kitalah yang menafsirkannya seolah-olah cepat. Dan juga sebaliknya. Jadi, mari menghayati bahwa kita ada. Ada disini. Ada kini. Bukan kita di masa depan atau kita di masa lampau. Hidup pada saat ini. Hidup disini. Tidak berandai-andai dan tidak menyesali.

Saya percaya, bukan waktu yang berjalan cepat. Manusia lah yang belum mampu menikmati disini-kini nya. Dan melakukan yang terbaik disini-kini adalah cara yang paling pas untuk menyesali masa lalu dan memprediksi masa depan.

Thoyib, Sekian sharing dari saya. Semoga bernilai kebaikan dan bermanfaat untuk kita semua. Mohon maaf bila ada kesalahan dan penyampaian yang kurang berkenan. Kebenaran datangnya dari Alloh dan kesalahan datangnya dari keawaman saya pribadi.

Akhirul kalam wa billahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Enda

About Admin

Check Also

Sandwich Generation yang Merdeka

Sandwich Generation yang Merdeka Disadur dari Webinar Financial Yaumi Indonesia, narasumber Kak Kaukabus Syarqiyah, SE., ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *