Home / Pengetahuan Umum / Mengubah Budaya Organisasi

Mengubah Budaya Organisasi

Assalamualaikum

Saya mau izin menuntaskan janji kulsap yang kemarin ya. Kemarin sampai rumah sudah malam banget. Ku takut kalau membunyikan ringtone handphone penghuni di grup ini malam-malam buta 👻

Tulisan ini merupakan sebuah pemutakhiran dari apa yang saya tulis satu tahun lalu sebagai kulsap di MJR 7. Pada saat itu, saya berbicara apa itu budaya organisasi dan bagaimana relasinya terhadap perjalanan organisasi sehari-hari.

Untuk mengawali kulsap saya pada pagi hari ini, pertama saya ingin cerita mengapa saya tertarik dengan topik budaya organisasi.

Pada awal tahun 2015 yang lalu saya mengerjakan skripsi tentang keselamatan kerja di sebuah pabrik manufaktur makanan di Bandung. Permasalahan di pabrik ini unik. Walaupun semua bagian pabrik sudah terstandarisasi dengan standar manajemen keselamatan kerja seperti OHSAS 18001, masih saja angka kecelakaan di pabrik ini tinggi.

Hal ini menjadi sebuah pertanyaan bagi saya: apakah dengan menerapkan sebuah dokumen standar manajemen saja cukup untuk menjadikan sebuah industri memenuhi kualitas yang diinginkan?

Pertanyaan saya ini yang mendorong saya untuk meneliti pabrik tersebut dari sisi budaya organisasinya.

Mengapa? Jika misalkan seluruh pabrik telah diinstalasi dengan sebuah sistem manajemen keselamatan kerja yang benar, tentunya seluruh pekerja dalam pabrik akan bersungguh-sungguh menerapkan nilai-nilai K3 secara konsisten di pabrik.

Sistem manajemen keselamatan kerja yang benar juga akan menerapkan mekanisme check and balance yang baik sehingga perilaku tidak selamat akan semakin berkurang.

Nah, penerapan nilai-nilai keselamatan dan mekanisme check and balance bisa dilihat dengan melihat bagaimana hal ini diterapkan secara konsisten di lapangan (budaya keselamatan).Pada akhirnya, hasil penelitian saya menunjukkan banyak temuan di pabrik tersebut. Seperti terdapat kekhawatiran dari pihak pekerja bahwa mereka akan diberikan sanksi setiap kali melaporkan sebuah near-miss accident (kejadian nyaris kecelakaan) atau terlalu ketatnya perlakuan manajemen terhadap isu keselamatan. “Saya melihat isu keselamatan kerja sebagai sebuah hal yang serius. Fokus terhadap keselamatan, fokus terhadap penggunaan alat pelindung diri dan fokus terhadap kejadian di lapangan, merupakan hal yang sangat penting. Namun, jika perusahaan memberitahukan secara detail bagaimana pekerja harus bersikap dan bekerja di setiap situasi, maka ini sudah sangat berlebihan”, rangkuman dari pendapat pekerja yang saya temui disana.

Permasalahan tentang budaya organisasi tidak hanya selesai sampai pengukuran dan temuan saja. Akan tetapi, bagaimana cara manajemen atau pemimpin mengembangkan budaya organisasi sehingga sesuai menjadi yang diinginkan, juga menjadi masalah. Hal ini menjadi kesulitan bagi saya juga pada saat diminta untuk memperbaiki kondisi budaya organisasi di pabrik tempat saya mengerjakan skripsi ini.

Karena basis keilmuan saya adalah Teknik, maka dosen saya meminta output penelitian saya harus sebuah hal yang berbentuk nyata dan dapat terlihat. Padahal, budaya organisasi sendiri adalah sebuah hal yang tak terlihat. Sebuah hal yang organisasi bentuk karena hasil proses setiap hari di tempat kerja, bukan yang organisasi miliki sebagai sebuah aset.

Karena baru-baru ini saya mendapat laporan bahwa solusi yang saya tawarkan dari skripsi saya tersebut tidak berhasil menyelesaikan permasalahan yang ada di pabrik tersebut, maka lewat kulsap ini saya memberikan beberapa hal sebagai pengingat saya dan juga teman-teman lainnya yang kedepannya akan menekuni topik budaya organisasi.

  1. Budaya organisasi bukan sesuatu yang bisa dipengaruhi atau diubah dalam jangka pendek. Budaya hadir karena terjadi komunikasi dan kerja antara anggota organisasi dalam waktu yang lama. Budaya merupakan fenomena yang hadir karena waktu dan perubahan yang terus menerus.
  2. Walaupun budaya organisasi tidak bisa diubah secara langsung dalam waktu yang pendek, pengetahuan tentang budaya organisasi pada sebuah organisasi akan membantu kita untuk merancang sebuah perubahan di organisasi tersebut.
  3. Perubahan dalam sebuah organisasi terjadi jika organisasi itu mau berubah. Artinya seluruh anggota organisasi harus hadir dalam setiap proses perubahan. Perubahan tidak akan terjadi jika hanya ada satu orang saja dalam organisasi itu yang ingin berubah.
  4. Perubahan organisasi harus didasarkan pada kenyataan yang tiap hari terjadi pada dinamika organisasi. Sama seperti manusia, setiap organisasi memiliki masalah dan keunikannya masing-masing. Tidak bisa kita samakan satu organisasi dengan organisasi lainnya.
  5. Tidak ada solusi dalam perubahan yang sifatnya “quick fixes”. Perubahan organisasi harus dilakukan dalam jangka panjang. Terlalu sering kita melihat jargon perubahan itu hanya sebuah ritual dan upacara semata. Kita kadang terlalu sering bilang ingin berubah, tapi kita lupa menyelesaikan permasalahan yang penting dan aktual yang ada dalam organisasi
  6. Walaupun pemimpin dalam organisasi bertanggungjawab untuk memberikan inisiatif untuk melaksanakan perubahan, anggota organisasi juga harus dilibatkan dan melibatkan diri dalam setiap dialog tentang program perubahan yang dilaksanakan di organisasi.
  7. Slogan-slogan itu hanya sebuah kata. Slogan itu hanya sebuah kalimat. Slogan-slogan itu akan bernilai semu jika tidak ada follow-up dan prioritas yang dilaksanakan langsung di lapangan. Cc : Untuk kamu yang sering ngomong ‘Kerja, Kerja, Kerja’ atau ‘Safety First’
  8. Perhatikan dengan kondisi lokal yang terjadi dalam setiap tingkat kepemimpinan atau departemen. Karena perubahan harus terjadi dan hadir dalam setiap interaksi anggota organisasi setiap harinya, maka kita harus mengerti bagaimana setiap tingkat kepemimpinan atau departemen mempersepsikan program perubahan yang sedang dilaksanakan.
  9. Setiap organisasi dapat memiliki banyak nilai atau budaya yang bekerja didalamnya. Ini bisa terjadi karena tugas dan fungsi nya mengharuskan organisasi memiliki budaya tersebut. So, jangan sembarang membuat intervensi yang bisa membuat seluruh organisasi memiliki satu budaya saja (one culture).
  10. Pada saat ingin memberikan intervensi untuk perubahan organisasi, lihat ke internal organisasi apakah organisasi benar-benar membutuhkan perubahan itu (need of change) dan apakah perubahan itu realistis dengan tujuan organisasi yang ingin dicapai.

Tanpa melihat need of change, perubahan organisasi akan gagal dilaksanakan.Sekian sadja yang bisa saya berikan pagi ini.

Selamat menempuh kegiatan masing-masing, mylov ⚡

Dimas Prabu Tejonugroho

About Admin

Check Also

Sejarah Kopi

COFFEE AND HISTORY Sejarah kopi tentang dari mana dan siapa penemunya memang tidak diketahui pasti. ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *