Bersyukurlah atas usaha-usaha baik yang selama ini dapat terus diperjuangkan. Usaha-usaha yang selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran, keberkahan & keridhoan-Nya sebagai tujuan. Tak peduli bagaimanapun hasil di masa depan.
Sebab nilai diri kita diukur dari proses, bukan hasil. Bahkan meskipun baru memulai niat, kita telah mendapatkan nilai kebaikanya. Pun di saat kita ‘dihentikan’ dalam berusaha dan menjalani setiap prosesnya, nilai kebaikan itu tak serta merta lenyap, meski belum tahu bagaimana hasil akhirnya.
Kita sering kali beranggapan hasil adalah segala-galanya. Hasil adalah penentu sukses dan gagalnya proses yang dijalani. Hasil menjadi tolak ukur hebat atau tidak hebatnya seseorang, hingga terkadang tidak sedikit yang memilih jalan pintas demi mendapatkan hasil yg diimpikan hanya karena tak siap dengan kegagalan. Halal dan tak halal menjadi urusan belakangan.
Dari Umar Mukhtar agaknya kita bisa belajar betapa usaha dan proses jauh lebih penting dari pada hasil. Umar Mukhtar adalah seorang ulama yg menjadi pemimpin perlawanan rakyat Libya tahun 1910 sd 1930-an. Suatu ketika sebelum Umar Mukhtar dihukum gantung oleh penjajah Italia, ia ditanya oleh jenderal pemimpin pasukan Italia, “Mengapa engkau berani-beraninya melawan kami? Sedangkan engkau dan pasukanmu hanya mempunyai persenjataan ala kadarnya, kalah canggih dengan persenjataan pasukan kami?”. Umar Mukhtar hanya menjawab pendek, “Yang penting usaha”.
Ya…Yang penting berusaha! Sedangkan hasilnya kita kembalikan kepada Allah, Sang Pemilik Masa Depan. Sebab orang yang sudah berusaha maksimal tapi gagal, maka di sisi Allah tetap dimasukkan sebagai orang yang sukses, bukan gagal, selama usaha dan proses yg dijalani mengedepankan jalan kebenaran, karena hasil adalah ketetapan terbaik milik Tuhan. Allah berfirman, Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya (Qs. 3 ayat 159).
Hanya fikiran manusia yang sempit saja yang menganggap kegagalan sesudah berusaha sebagai kegagalan, padahal bukan! Itulah sebabnya para Nabi tetap dipuji Allah sebagai Nabi (orang yang paling sukses di dunia) dan tidak diturunkan pangkatnya menjadi manusia biasa, walau mereka tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan misinya, yakni membawa kembali kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Sebab yang penting adalah usaha dan proses terbaik sesuai ridho Nya telah dikerahkan oleh para Nabi dalam bagaimanapun sulitnya rintangan.
Bahkan seorang bijak pernah berkata, I do not fail, but I succeed in finding out what does not work, begitulah cara berpikir positif dalam menyemangati diri untuk fokus pada usaha dan proses.
Oleh sebab itu, yang penting terus berusaha dan berproses dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran sejati (Islam). Sesungguhnya kemenangan bagi kaum mukminin, tulis Ali Muhammad Ash Shalabi dalam Fiqhun Nashr wat Tamkin, Memiliki berbagai macam wujud dan gambaran. Maka dalam buku itu ia memasukkan penyampaian risalah dan penunaian amanah sebagai salah satu bentuk kemenangan; meskipun sang da’i syahid atau komunitas muslim dihancurkan karena mempertahankan iman dan menyebarkan dakwah.
Begitu juga dengan apapun proses yang kita jalankan, jadikan juga usaha dan proses yang dijalani sebagai jihad di jalan Nya, dan biarkan hasil menjadi hadiah kemenangan yang beragam wujudnya.
Selama usaha-usaha dengan ikhtiar dalam nilai-nilai kebenaran mengisi proses perjuangan meraih impian masih kita pertahankan, itulah kemenangan & kesuksesan. Karena bisa jadi sebelum mencapai hasil, Allah menghentikan perjalanan ini, memanggil kita tiba-tiba, sehingga usaha & proseslah yang ternyata menyelamatkan kita. Karena Allah tidak meminta hasil, melainkan sejauh mana usaha dan bagaimana proses yang kita lakukan.
Kemala putri Ayunda
