Home / Dakwah / Mengharapkan keridhoan Allah

Mengharapkan keridhoan Allah

berdoa via www.republika.co.id

Karena setiap jiwa mempunyai kecenderungan untuk dekat dengan tuhannya, namun sebagai makhluk, tak sangguplah kita melihat sang khaliq. Seperti musa yang tak sanggup melihat Rabbnya di bukit Thursina. Pun dengan keadaan demikian, kita sebagai makhluk masih saja punya kecenderungan ingin dekat dengan Allah. Kita merasa nyaman untuk dekat dengan tuhan. Seorang darwis bisa sangat terhanyut dalam nikmatnya putaran zikirnya, seperti berputarnya bulan terhadap bumi dengan cahaya yang meneduhkan. Mereka begitu merindukan pertemuan dengan Rabbnya di negeri akhirat.

Para sahabat bersemangat, berpeluh, menggali parit dalam untuk sebuah pertempuran besar. Genderang tabuh perang sudah bergema, mereka tidak bisa menghindar lagi dari pertempuran terbesar yang pernah mereka bayangkan. Sebuah komunitas di kota yang baru diubah menjadi madinah akan menghadapi pasukan gabungan arab quraish dan qabilah arab di sekeliling madinah. Mereka membuat parit untuk melindungi kota madinah dengan semua hal yang bisa mereka upayakan. Kita tahu mereka adalah generasi yang di-tarbiyah langsung oleh rasulullah, hasrat mereka terhadap kehidupan akhirat tinggi dan itulah yang menjadikan mereka begitu istimewa.

Rasulullah melihat mereka mulai kelelahan, untuk menghibur mereka rasulullah bersenandung dengan sebuah syair: Allahumma inna al-Aisya Aisyu al-akhirah | wagfiri lil-anshari wal muhajirah

Ya Allah kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan akhirat | maka berikanlah ampunan pada orang-orang anshar dan orang-orang muhajirin

Para sahabat tersenyum, merasa sang rasul melihat kerja mereka, menyemangatinya, serta mendoakanny. Doa dari bukan sembarang orang, dan doa yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Atas  kebaikan itu, mereka berbalik membalas syair tersebut

Nahnu alladzina bayau muhammadan | ala al-jihadi ma baqaina abadan

Kami adalah orang-orang yang telah berbai’at kepada Muhammad | atas nama jihad kami akan bertahan selamanya

Kembalilah mereka menjadi semangat dalam menggali parit (khandaq) yang akan menjadi salah satu strategi jitu dalam menghadapi pasukan ahzab. Hal apa yang sebenarnya bisa menjadikan mereka begitu kuat? Makanan? Tempat tinggal yang mewah? Latihan fisik yang keras? Bukan hanya itu! yang membuat mereka adalah keimanan kepada Allah, rasul, dan din-Nya. Iman yang kuat itulah yang menjadikan mereka menjadi generasi tangguh. Mereka tidak mengejar dunia, harta rampasan perang yang begitu banyak pun bukan menjadi tujuan utama mereka. Karena ketika perang selesai dan mendapatkan harta rampasan perang, mereka meyakini harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasulnya, dan hanya bisa dibagi sesuai aturan dari Allah dan rasulnya.

Pun juga kita tidak bisa menghindari ada orang-orang munafik yang hadir ditengah para sahabat, dan Allah menunjukkan siapa-siapa saja mereka. mereka adalah orang yang kabur dari medan perang dari awal, ada pula yang kabur di tengah situasi perang dan memilih mengunci pintu rumahnya dan duduk-duduk di dalamnya.

Ada pula para shahabiyah yang tidak ikut perang, mereka tidak mau membukakan piintu rumah untuk suami-suami mereka yang pulang terlebih dahulu dari perang. Kami tidak akan membukakan pintu rumah ini untukmu, sebelum engkau kembali bersama rasulullah dengan kemenangan.

Seperti kita ketahui para sahabat ini adalah orang yang kuat sekali hasratnya pada kehidupan akhirat. Karena rasul telah mengajarkan pada mereka, Barang siapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan hatinya kaya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barang siapa yang niatnya mencari dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, dan dunia yang berhasil diraih hanyalah apa yang telah ditetapkan baginya (Musnan Imam Ahmad, V/183).

maka yang mereka kejar dan mereka lakukan adalah untuk akhirat mereka. pun ketika melakukan hal-hal yang berhubungkan dengan dunia, mereka selalu mengaitkannya dengan akhirat. Mereka berkejar-kejaran dalam ilmu dan amal, karena mereka meyakini langkah awal dari selamat di kehidupan akhirat adalah khusnul khatimah. Dan tidak ada yang bisa menjamin mereka akan mati dalam khusnul khatimah, oleh karena itu mereka melakukan yang amal terbaik setiap saat , karena mati bisa datang kapan saja.

Gagal dalam kematian jauh lebih teruk daripada gagal dalam amal. Anda boleh gagal dalam hidup, tapi jangan sampai gagal dalam kematian, karena kematian adalah gerbang awal menuju kehidupan akhirat.

Sesungguhnya mati adalah gerbang dari kehidupan darul amal ke kehidupan darul jaza. Persiapkan matimu, sambut ia dengan amal kebaikan dan pastikan keimanan masih menghujam dalam hati kita semua. Semoga Allah memberikan kita khusnul khatimah

Ya Allah biha, Ya Allah bikhusnil khatimah.

semoga bermanfaat

@fahmibasyaiban

1 Mei 2012

About Admin

Admin komunitas MJRS-SJS. Sebuah komunitas yang berupaya membiasakan diri dengan one day one juz + dzikir + Qiyamullail. Selain itu, ada program-program menarik dalam komunitas ini seperti kulsap (kuliah whatsapp), Bedah Buku, Bedah Film dan Kajian Telegram.

Check Also

Pujian

Hal yang wajar kalau kita sebagai manusia sangat bahagia ketika mendapat pujian. Ini bisa semakin ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *