Home / Dakwah / Sunnah Tadafu’

Sunnah Tadafu’

kompetisi-persaingan via akhmadarqom.com
kompetisi-persaingan via akhmadarqom.com

Di alam kita mengenal predator, binatang pemangsa dalam sebuah ekosistem. Jika hewan kehilangan predatornya maka hewan itu akan berbahaya. Contoh: wereng sejak jaman dulu sudah ada. Wereng menjadi berbahaya ketika manusia menggangu predator wereng seperti menangkapi burung, memakan katak dan lain-lain. Akibatnya rusaklah keseimbangan alam.  Itulah sebabnya,  penanggulangan hama yang baik adalah melalui reproduksi predatornya. Bukan menggunakan insektisida yang justru meracuni kehidupan. Bahkan keseimbangan ini sampai tingkat bakteri. Artinya back to nature, back to fitroh.

Di dalam islam, hal ini disebut dengan sunnah tadafu’, sunnah yang terjadi antar makhluk untuk saling ber-tadafu’, bersaing, berkonfrontasi, berebut dan saling memangsa.

Dalam alqur’an, ayat tentang sunnah tadafu’ selalu berada dalam rangkaian ayat tentang jihad. Salah satunya adalah kisah fenomenal, tentang Thalut, Jalut dan Daud dalam surat Al Baqoroh: 246-251.

Dalam Al Baqarah:246 disebutkan “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka2 bani Israil sesuah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: ”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: ”mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling kecuali beberapa saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim

Pada saat itu Bani Israil merasa terdesak saat bersaing dengan suku Arab Amaliqoh (sekarang Palestina). Mereka minta kepada salah seorang Nabi (setelah jaman Nabi Musa AS dan Harun AS) agar ada pemimpin untuk memimpin JIhad Fisabilillah. Nabi ini paham betul tabiat Bani Israil, sehingga beliau mengatakan ”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang kamu tidak akan berperang”. Di jaman Nabi Musa saja, ketika ada perintah perang malah mengatakan, “pergilah kamu bersama Rabbmu, kenapa harus mengajak kami?”.

Mendapat jawaban seperti itu, mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami”. Tapi tetap saja, tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka.

Saat Thalut diangkat sebagai pemimpin (di ayat 247), mereka menolak. Mereka mengatakan kenapa pemimpin mereka adalah seorang yang miskin, bukan keturunan bangsawan dan lain-lain?. Bisa dikatakan penolakan Bani Israil pada saat itu cenderung pada persyaratan yang sifatnya  materialistis, rasialis, monopolistis, tidak demokratis, tidak bersandar pada nilai-nilai universal. Bukan pada nilai moral, kejujuran, profesionalisme. Padahal Allah mengaugerahi Thalut dengan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa (2:247).

Dalam ayat selanjutnya (2:249) dikisahkan tentang kristalisasi pasukan Thalut, dimana dalam puluhan ribu pasukan yang berangkat untuk berperang hanya tersisa sedikit orang saja (fi’ah kolilah), Namun pasukan yang sedikit ini adalah orang-orang pilihan yang sabar. Pada saat mereka bertemu pasukan Jalut yang jumlahnya jauh lebih banyak, mereka berdoa, “Yaa Robb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (2:250).

Akhir kisah, pasukan Thalut berhasil mengalahkan pasukan Jalut. Pada saat itu, Daud berhasil membunuh Jalut. Kemudian Allah memberikan Daud kekuasaan dan hikmah dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendakiNya.

Itulah yang disebut dengan sunnah tadafu’. Sunnah tadafu’ ini harus dimanfaatkan, tidak bisa dihapuskan. Justru kalau dihilangkan maka kehidupan akan tidak seimbang. Bayangkan apa yang dilakukan oleh Rockefeller yang mengatakan “persaingan adalah dosa”. Efeknya dunia menjadi tidak seimbang, karena yang terjadi adalah monopoli.

“Seandainya Allah tidak menolak keganasan sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas alam semesta” (2:251).

Kisah tentang sunnah tadafu’ juga dapat dilihat dalam rangkaian surat Al Hajj sejak ayat 3-40. Dalam ayat 40 disebutkan, “Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid yang di dalamnya banyak disebutkan nama Allah”

Di sini, Allah sangat realistis bahwa kalau tidak ada sunnatut-taddafu’ pasti pusat-pusat atau sumber-sumber moralitas kemanusiaan akan hancur.

Ibroh yang dapat diambil dari kisah Thalut, Daud dan Jalut adalah tentang makna perjuangan dakwah, dimana dalam perjuangan itu diperlukan orang-orang pilihan, orang-orang yang sabar. Bukan banyaknya orang yang diperlukan (kuantitas), namun lebih banyak difokuskan pada kualitas. Orang-orang pilihan itu adalah orang-orang yang sabar dalam hal militansi (sifat jangka pendek yang mampu bergerak dengan cepat), dalam hal stamina (bersabar dengan hasil-hasil kerja yang hanya bisa dievaluasi dalam jangka panjang), vitalitas (keahlian khusus), dinamika (inklusif).

Dalam kisah itu pula kita bisa melihat, bahwa penentu kemenangan dakwah belum tentu orang-orang atau pemeran utama yang muncul sejak awal. Siapa yang kenal Daud sejak awal? Tidak diceritakan bagaimana peran Daud. Namun dia muncul di saat yang tepat dan menjadi penentu kemenangan. Ini menandakan, bahwa dalam dakwah siapapun bisa berkontribusi. Dan yang penting pula adalah regenerasi, dimana akhirnya Daud menggantikan posisi Thalut yang kemudian memimpin dengan penuh hikmah.

Semoga kita bisa termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang sedikit dalam kuntitas namun berkualitas. “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (2:249).

Jakarta, 13 April 2014

ES

About Admin

Admin komunitas MJRS-SJS. Sebuah komunitas yang berupaya membiasakan diri dengan one day one juz + dzikir + Qiyamullail. Selain itu, ada program-program menarik dalam komunitas ini seperti kulsap (kuliah whatsapp), Bedah Buku, Bedah Film dan Kajian Telegram.

Check Also

Pujian

Hal yang wajar kalau kita sebagai manusia sangat bahagia ketika mendapat pujian. Ini bisa semakin ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *