Home / Dakwah / Hikmah Umratul Qadha: Lisanul Hal

Hikmah Umratul Qadha: Lisanul Hal

ka'bah via www.kabarmakkah.com
ka’bah via www.kabarmakkah.com

Sesuai perjanjian Hudaibiyah setahun sebelumnya, kini umat muslim mendatangi kembali makkah untuk melaksanakan umrah. Ini adalah umrah pertama kalinya dalam sejarah ummat islam setelah hijrah nabi ke kota madinah. Berduyun-duyun umat islam dari berbagai penjuru itu bergabung bersana al-musthofa Muhammad saw, jumlah mereka hampir dua kali lipat dari kedatangannya setahun yang lalu.

Sekitar dua ribu orang dalam barisan rapi memasuki kota mekkah untuk Umratu al-Qadha. Kaum musyrikin quraisy keluar dari kota mekkah dan berkumpul di atas bukit menyaksikan ummat muslim yang datang untuk melaksanakan ibadah. Seluruh alat perang yang mereka bawa sudah mereka tinggalkan di mudzdalifah dengan jarak sekitar 12 Km dari makkah, hanya sebilah pedang kecil tersisip di baju mereka saja sebagai alat pelindung diri.

Umat muslim dalam barisan rapi, berpakaian serba putih, dan dalam keadaan suci; menyerukan kalimat talbiyah serentak berirama penuh dengan ketaqwaan yang muncul dari hati mereka. Sejenak kota makkah menjadi teduh dengan seruan talbiyah yang bersahut dan menggetarkan siapa saja yang melihatnya:

لبيك اللهم لبيك

لبيك لا شريك لك لبيك

| labaika Allahumma labaik

Labaika la syarika laka labaik|

Bergema dan bergelombang seruan talbiyah di lembah makkah dari semua jamaah, beberapa di antara mereka tak bisa menahan haru. Kiblat ummat muslim kini berada di depan mereka, mereka beribadah ditempat yang diberkahi, tempat yang selalu dirindukan semua orang beriman.

Pada barisan depan, rasulullah terlihat mengendarai unta kesayangannya, al-Qashwa. Di sisi kanan kirinya ada sahabat yang membawa pedang tersisip, sedangkan di depannya ada Abdullah ibn Rawahah yang memegang kekang kendali onta. Abdullah ibn Rawahah tak bisa menyembunyikan kegembiraannya dan bangga dengan barisan ummat muslim, terlontarlah sebuah sajak dari lisannya:

خلوا بني الكفار عن سبيله

خلوا فكل الخير في رسوله

يا رب إني مؤمن بقيله

أعرف حقّ الله في قبوله

| khallau banil kuffari an sabiilih

Khallau fakullul khairi fi rasulih

Ya rabbi inni mu’minun bi qiilih

A’rifu haqqa Allahi fi qabulih

Biarlah kaum kuffar mengingkari jalan ilahi

Biarlah! segala kebaikan ada pada rasulnya

Ya rabbi. sungguh aku ini beriman dengan perkataannya

Aku akui kebenaran Allah di penerimaannya

Abdullah ibn rawahah bersorak keras dengan syair tersebut seakan-akan dia sedang berada di medan perang. Dengan cepat rasulullah menegurnya:

مهلا يا ابن رواهة

|mahlan ya ibna rawahah|

“Tenanglah engkau ya ibn rawahah”

Lalu, untuk menyalurkan kegembiraannya itu rasulullah mengajarkan Abdullah ibn Rawahah dengan kalimat yang lebih baik dan tepat untuk diserukan:

قل:

لا إله إلاّ الله وحدة

صدق وعده

و نصر عبده

وأعز جنده

وهزم الأحزاب وحده

|qul: la ilaha illa Allahu wahdah

Shadaqa wa’dah

Wa nashara abdah

Wa a’azza jundah

Wa hazamal ahzaba wahdah|

Perlahan Abdullah ibn rawahah menyerukan kalimat-kalimat ini dengan suaranya yang lantang. Gemuruh bunyi sahut menyahut suara ummat islam menyambut kalimat Abdullah ibn rawahah. Kalimat tauhid itu terucap di semua lisan ummat islam saat itu, semua menyahut dan mengulanginya berulang-ulang.

Rasulullah mendekati hajar aswad kemudian menyentuhnya dengan tongkat kecil yang dibawanya, kemudian berdoa:

اللهم ارحم امرأً أراهم اليوم في نفسه قوة

|allahummar-hamim-ra’an arahumu al-yaum fi nafsihi quwwatan|

Ya Allah rahmatilah orang-orang yang hari ini engkau tampakkan kekuatan yang ada pada diri mereka

Rasulullah berdoa agar orang-orang yang sadar akan kekuatan mereka hari ini tidak larut dalam semangat menggeloara pada hari itu. Rasulullah mengendalikan ribuan orang tersebut untuk menjaga tingkah lakunya dan menunjukkan kasih sayang (Rahim) selama umrah berlangsung.

Rasulullah menyempurnakan umrahnya dengan melakukan thawwaf mengelilingi ka’bah, sa’I, melaksanakan rukun-rukun umrah, dan menyembelih hewan kurban di dekat bukit marwah. Semua jamaah mengikuti apa yang telah dilakukan rasulnya dengan udara mekkah yang masih penuh dengan talbiyah, takbir, dan tahmid yang beralun merdu.

Tibalah waktu dzuhur, Rasulullah memerintahkan agar semua segera mengambil shaff untuk persiapan shalat berjamaah. Bilal dengan sigap memenuhi permintaan rasul untuk mengumandangkan adzan di atas ka’bah. Diserulah kalimat adzan dari puncak ka’bah untuk pertama kalinya. Seruan kalimat tauhid, kalimat pengakuan Muhammad sebagai rasulullah, dan pangilan kemenangan memenuhi setiap hela udara kota makkah. “Allahu akbar.. Allahu akbar… Allahu akbar.. Allahu akbar”.

Semua itu disaksikan pula oleh kaum Quraisy dari atas bukit. Ada yang mengerutkan gigi karena jengkel melihat itu semua, namun di satu sisi tak bisa berbuat apapun untuk mencegahnya. Ada pula yang haru dan heran melihat apa yang terlihat di mata mereka.

Tiga hari lamanya rasulullah tinggal di kota makkah. Selama itu pula seluruh penduduk mekkah bisa melihat tingkah laku dan keseharian ummat muslim. Penduduk mekkah yang selama ini berislam secara sembunyi-sembunyi pada saat itu merasa mendapatkan sokongan moral yang besar, atas kunjungan saudara seimannya yang begitu besar jumlahnya.

Orang-orang awam musyrikin mekkah pun juga dapat melihat dan mendengar segala sesuatu dari dekat tentang keadaan ummat muslim. Mereka takjub akan keragaman pemeluk islam, dari budak sampai kalangan bangsawan semua bisa bersatu dalam jalan yang sama. Tak ada congkak dan busung dada dalam setiap langkah mereka. iman dan taqwa mereka terpancar lewat pekerti luhur selama berada di mekkah.

Mereka pun mulai bertanya-tanya, “inikah dia Muhammad dan pengikutnya yang digambarkan sebagai seorang yang bengis, kasar, dan kejam itu? Bukankah dia terusir dari mekkah tujuh tahun yang lalu hanya dengan jumlah puluhan saja, pun setelah itu masih diperangi terus menerus. Sekarang semua memasuki kota mekkah dengan jumlah yang berlipat, dengan wajah yang bersinar, dan dengan adab yang luhur”

Pemimpin Quraisy pun sekarang punya penilaian baru tentang kekuatan ummat muslim. Sesudah diperangi berkali-kali dan berhadapan senjata melawan senjata, mereka tak gentar. Setelah adu senjata dihentikan dan bergencatan senjata dengan pilihan yang pahit, kini jumlah mereka makin bertambah banyak. Mereka sadar Muhammad dan ummat muslim mempunyai kekuatan in-materil yang besar dibalik pedang mereka. kekuatan akan kepercayaan pada cita-cita tinggi yang mengakar kuat di ummat Muhammad yang bersumber pada keimanan pada Allah. Dan itu tidak akan ada bandingnya dengan kekuatan quraisy sampai kapanpun.

Dilawan dengan senjata mereka melawan dan pantang mundur sejengkal pun. Ditahan dengan gencatan senjata mereka tidak menolak, dan memenuhi satu persatu isi gencatan senjata itu tanpa dilanggar. Mereka tunjukkan kemampuan mengendalikan diri, dan menunjukkan kekuatan yang lebih ampuh dari pedang berupa akhlakul karimah. Hari ini mereka melumpuhkan segala nafsu dan dengki kaum musyrikin quraisy dengan tindak-tanduk mereka selama berada di mekkah.

Pemimpin Kafir Quraisy pun sudah menyadari hal ini terlebih dahulu. Adalah Khalid bin walid tak tahan dengan datangnya nabi Muhammad beserta dua ribu ummat muslim, dia keluar kota mekkah sebelum rombongan nabi Muhammad datang. Dia tidak ingin melihat itu semua, bahkan dia sempat berpikir akan keluar dari jazirah arab untuk menghindar dari semua keadaan yang terjadi. Beberapa saat setelah rasulullah pergi meninggalkan Makkah, Khalid ibn Walid kembali ke mekkah. Seorang penduduk mekkah datang padanya untuk memberikan surat, surat itu adalah dari salah seorang sahabat Rasulullah. Isi surat tersebut menerangkan bahwa ketika Umratul Qadha dilakukan, Rasulullah pernah menanyakan dimana keberadaan saudaranya, Khalid ibn Walid. Pun dalam surat itu diterangkan bahwa Rasulullah memuji kemahiran dan kepribadian Khalid ibn Walid.

Khalid ibn walid hanya bisa terdiam dengan surat tersebut. Surat itu membuka pintu hatinya, dia mengakui Muhammad adalah seorang yang memiliki jiwa ksatria. Saat itu juga dia merasakan jiwa luhur nabi Muhammad yang sama sekali bersih dari dendam sekecil apapun. Nabi Muhammad mengakui ketangkasan dan kecerdasan Khalid ibn Walid sebagai seorang lawan. Hidayah datang memasuki dada Khalid, dia memutuskan untuk datang ke madinah untuk menemui rasulullah, mengikrarkan keimanannya pada Allah dan Rasulnya. Dia berangkat bersama ‘Utsman ibn Thalhah sang juru kunci ka’bah. Di tengah perjalanan mereka bertemu ‘Amr ibn ‘Ash dengan maksud yang sama.

Ketika ketiganya sampai di kota Madinah rasulullah berujar:

رمتكم مكة بأفلاذ كبدها

|ramatkum makkah bi’afladzi kabidiha|

“mekkah telah melemparkan pada kalian mustika hatinya”

Maksudnya adalah orang-orang pilihan dari penduduk makkah.

Hal inilah yang disebut dengan kekuatan “lisanul hal” yang tak bersuara, tetapi tak kalah fasih dari lidah yang berbicara langsung. “Lisanul hal” ditafsirkan sebagai tindakan menunjukkan keshalehan sosial bersama. Sebagaimana kita lihat dalam peristiwa Umratul Qadha, ummat islam menunjukkan kesalehan sosialnya dengan keluhuran akhlak selama berada di Mekkah.

Lisanul hal adalah kekuatan dakwah yang kekuatannya tak bisa diremehkan, ia adalah gabungan antara pribadi-pribadi soleh dalam kekuatan besar. Dia bagaikan cahaya yang berpendar terang, dia menerangi apa saja yang bisa dijangkaunya, dia bersinar menerangi sang jahat sekalipun. Sang jahatpun hanya bisa malu tertunduk, mengakui keluhuran orang-orang yang dihadapinya.

Inilah kekuatan dakwah rasulullah dan para sahabatnya.. berpendar menerangi siapapun..

Wa Allahu wa rasuluhu a’lam bishawab

About Fahmi Basyaiban

Check Also

Pujian

Hal yang wajar kalau kita sebagai manusia sangat bahagia ketika mendapat pujian. Ini bisa semakin ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *