Bismillaahirrahmanirrahiim..
Terinspirasi dari tindakan seorang mahasiswi di kampusku. Ketika itu di mesjid kampus ia merapikan mukenah yang berantakan di dalam lemari msjid. Hanya merasa ingin merapikan, krna kebetulan saat itu mukenah-mukenah itu sudah cukup rapi dari hari-hari sebelumnya yang selalu berserakan, ditumpuk tanpa dilipat terlebih dahulu oleh sipemakainya.
Karena melihat keadaan itu, si mahasiswi lebih merapikan beberapa mukena yang masih berantakan. Ketika sedang asyik nya melipat dan menata ulang susunan mukenah tersebut, salah seorang temannya berkata.
“Percuma aja dirapikan tuh, Ti.. Nanti juga akan berantakan lagi..”
Mahasiswi itu hanya tersenyum, kemudian berkata “setidaknya mata mereka bisa menikmati kerapihan lemari, setelah itu terserah mereka..”
Setelah selesai merapikan semua mukena, dia kemudian berkata.. “apakah hal yang percuma jika seorang yang bekerja menyapu dedaunan di jalanan melakukan pekerjaannya? Toh dedaunan lain juga akan berjatuhan kembali dari pepohan yang ada..”
“Lalu bagaimana dengan hidup? Apakah hal percuma memohon ampun atas dosa2 kecil kepada Allah? Hanya karena kita merasa akan mengulanginya kembali?”
Temannya hanya bisa menjawab, “iya juga sih..”
Dalam kehidupan ini, tidak ada hal yang percuma dan tidak ada hal yang sia-sia. Karena, kita juga tahu, hidup ini juga bagaikan sebuah siklus. Sebuah kesalahan bisa saja terulang kembali.. Akan tetapi, bukan berarti hal percuma mengucap istighfar atau bermuhasabah. Semua pengulangan itu, juga tergantung pada penyikapan kita terhadap kesalahan yang pernah dilakukan, serta usaha kita untuk menjaga diri dari pengulangan salah yang sama.
Wallaahu’alam..
Semoga kita terjauh dari kebiasaan mengucap kata “Percuma”.
Padang, 17/12/2015
Raudhatul Jannah
